Jumat, 13 Februari 2015

Perbedaan Sikap Terhadap Site Yang Mengandung Content Pornografi Berdasarkan Peran Jenis Kelamin

Perbedaan Sikap Terhadap Site Yang Mengandung Content Pornografi Berdasarkan Jenis Kelamin
Makalah ini disusun untuk memenuhi kelompok pada mata kuliah
“Psi & Teknologi Internet”
Dosen Pengampu
Ira Puspitawati



Disusun Oleh:
Andi Anisa Soraya Darmawangsa                  10513862
Bunga Reski Lestari                                        11513820
Rahmadhanirizki Pramasetya                          17513165
Sanela Isnaeni Haka                                        18513235



BAB I
PENDAHULUAN
A.    Pengatar
Menurut Soerjono Soekanto dalam buku “Remaja dan masalah-masalahnya”, remaja merupakan masa peralihan (usia berkisar 13 –18 tahun), dimana disebut sebagai anak-anak sudah tidak mungkin, disebut dewasa masih belum bisa. Masa Remaja adalah masa bagi seorang anak mencoba mengidentifikasikan dirinya dengan cara; melakukan yang dilakukan orang, meniru apa yang dilakukan pujaannya. Terkadang ingin pamer, menarik perhatian dari orang sekitar juga ditempuh, dan ini menjadi stigma dari seorang remaja. Boleh dikatakan, masa remaja bahkan masa kanak-kanak menentukan perkembangan psikologi serta daya fikir seseorang yang nantinya berdampak pada kehidupan di masa mendatang. Sehingga orang tualah actor penting dari pembentukan jiwa anak.
Selain peran orangtua, perkembangan psikologi anak juga dipengaruhi oleh lingkungan sosialnya (cara pergaulannya) sehingga dengan siapa, bagaimana, dimana, sangat menentukan perilaku anak. Adalah hal utama membuatkan frame apa yang baik untuk pergaulan anak. Anak yang bergaul ditempat yang baik maka perilakunya baik. Sebaliknya anak bergaul dengan teman yang kurang baik, seperti merokok, tawuran, akan mudah terpengaruh melakukan tindakan kejahatan / kriminal. Memberikan pengertian dan teladan akan hak dan kewajiban, melatih anak bersikap mandiri.
Pornografi di Indonesia saat ini sedang merajalela seperti di Amerika Serikat 20 tahun silam. Alasan pornografi dapat merajalela salah satunya adalah karena media massa terutama situs online. Situs online yang berada di web adalah situs yang dapat diakses oleh siapa saja baik remaja hingga dewasa, dan disitulah bahayanya karena situs online yang mengandung unsure pornografi tidak memiliki kata sandi ataupun cara untuk mengetahui yang mengakses situs tersebut adalah remaja. Orang tua yang bertugas memantau anak merekapun kemungkinan tidak dapat memantau secara maksimal karena mereka sibuk dengan pekerjaan dan tidak menguasai penggunaan alat teknologi zaman sekarang.
Dengan penggunaan alat tekonologi yang sangat dikuasai oleh remaja, dapat memudahkan remaja untuk mengakses site yang mengandung situs pornografi dengan mudah. Begitupula untuk mengdownload file yang mengandung pornografi.
B.     Perumusan Masalah
1.      Apa pengertian pornografi?
2.      Apa saja dampak pornografi pada remaja?
3.      Bagaimana cara melindungi remaja dari pornografi?
4.      Bagaimana perbedaan sikap antara wanita dan pria terhadap pornografi?
C.     Tujuan Penulisan
1.      Perbedaan sikap antara wanita dan pria terhadap site yang mengandung content pornografi



BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Pornografi
Menurut bahasa, pornografi berasal dari kata Yunani “porne” yang berarti perempuan jalang dan graphein berarti menulis. Dari pengertian ini, menunjukkan bahwa objek utama dan sumber pornografi adalah perempuan.
Dalam referensi lain, porno juga bermakna cabul. Dari sinilah pornografi dipahami sebagai penggambaran tingkah laku secara erotis dengan lukisan atau tulisan untuk membangkitkan nafsu birahi. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan, Pornografi adalah penggambaran tingkah laku secara erotis dengan lukisan atau tulisan untuk membangkitkan nafsu birahi
Pornografi dapat didefinisikan sebagai  penggambaran tubuh manusia atau perilaku seksual manusia secara terbuka (eksplisit) dengan tujuan membangkitkan birahi (gairah seksual). Pornografi dapat menggunakan berbagai media — teks tertulis maupun lisan, foto-foto, ukiran, gambar, gambar bergerak (termasuk animasi), dan suara seperti misalnya suara orang yang bernapas tersengal-sengal.
Film porno menggabungkan gambar yang bergerak, teks erotik yang diucapkan dan/atau suara-suara erotik lainnya, sementara majalah seringkali menggabungkan foto dan teks tertulis. Novel dan cerita pendek menyajikan teks tertulis, kadang-kadang dengan ilustrasi. Suatu pertunjukan hidup pun dapat disebut pornografi.
B.     Pornografi Normal Pada Remaja
Setiap manusia memiliki naluri seks dan karena itu wajar merasa senang dengan materi seks. Namun demikian, bila remaja sudah sering mengkonsumsi pornografi, dorongan untuk menyalurkan hasrat seksualnya menjadi tinggi. Karena itu, mengkonsumsi pornografi sejak remaja potensial mendorong tumbuhnya perilaku seks di luar pernikahan yang tidak bertanggungjawab.
Seseorang bisa saja melakukan tindakan perkosaan karena dipengaruhi oleh pornografi. Banyak sekali diberitakan media massa tentang perkosaan yang dilakukan setelah pelakunya menonton film porno. Namun demikian, perkosaan umumnya terjadi oleh pelaku yang memandang rendah derajat wanita. Karena itu, pornografi sering dianggap sebagai faktor yang memperkokoh budaya perkosaan terhadap wanita.
C.    Dampak Pornografi Pada Remaja
Bila remaja terus menerus mengkonsumsi pornografi, sangat mungkin ia akan terdorong untuk melakukan hubungan seks pada usia terlalu dini, dan di luar ikatan pernikahan. Apalagi pornografi umumnya tidak mengajarkan corak hubungan seks yang bertanggungjawab, sehingga potensial mendorong perilaku seks yang menghasilkan kehamilan remaja, kehamilan di luar nikah atau penyebaran penyakit yang menular melalui hubungan seks, seperti PMS/AIDS.

Penelitian menunjukkan para konsumen pornografi cenderung mengalami efek kecanduan, dalam arti sekali menyukai pornografi, seseorang akan merasakan kebutuhan untuk terus mencari dan memperoleh materi pornografi. Bahkan lebih dari itu, si pecandu pornografi akan mengalami proses peningkatan (eskalasi) kebutuhan.
Dampak lainnya
·         Pornografi mengakibatkan kerusakan pada lima bagian otak, terutama pada pre frontal corteks (bagian otak yang tepat berada di belakang dahi ß otak logika).
·         Kerusakan pada otak limbik , bagian otak ini digunakan untuk merespon pornografi pada anak dan remaja. Akibatnya bagian otak yang bertanggung jawab untuk logika akan mengalami cacat karena hiperstimulasi tanpa filter. (Otak hanya mencari kesenangan tanpa adanya konsekuensi).
·         Rusaknya otak akan mengakibatkan korban akan mudah mengalami bosan, merasa sendiri, marah, tertekan dan lelah. Selain itu, dampak yang paling mengkhawatirkan adalah penurunan prestasi akademik dan kemampuan belajar, serta berkurangnya kemampuan pengambilan keputusan.
·         Merendahkan kaum wanita, umumnya pornografi memang menonjolkan wanita sebagai objek seks. Dalam hal ini, pornografi dapat memperkuat cara pandang bahwa wanita pada dasarnya hanya mahluk yang berfungsi sebagai pemuas nafsu seks pria saja. Lebih dari itu, banyak media yang menggambarkan adegan perkosaaan terhadap wanita sebagai peristiwa yang penuh kenikmatan dan sensasi. Karena itu, pornografi cenderung menempatkan wanita dalam posisi rendah.

D.    Kerusakan-Kerusakan yang Diakibatkan oleh Pornografi
1.      Pornografi Merusak Jiwa
Kerusakan yang dapat ditimbulkan pornografi bagi pecandunya dari sisi kejiwaan tidak terlepas dari bekerjanya 4 jenis hormon tubuh, yaitu dopamin, neuroepinefrin, serotonin, dan oksitosin.
a.       Dopamin, bekerja untuk menimbulkan sensasi puas, senang, lega, gembira dalam dada. Namun, dopamine juga bekerja menuntut peningkatan level kenikmatan.
b.      Hormon Neuroepinefrin, sebenarnya bekerja untuk memantik ide-ide kreatif. jika hormon ini sudah dikendalikan oleh pornografi yang bersifat merusak, otak pecandu pornografi juga akan selalu dipenuhi dengan yang namanya pornografi dan seksualitas. Apabila ia melihat gambar yang  merangsang sedikit saja, otak akan berpikir “kreatif” untuk berlaku menyimpang.
c.       Hormon Serotonin, bekerja untuk memunculkan rasa nyaman dan tenang. Ketika seseorang bersentuhan dengan yang namanya pornografi, hormon itupun keluar. Efeknya, setiap pecandu pornografi itu orang itu jengah, sedih, tertekan, atau stress, dia akan lari ke pornografi karena itu yang membuatnya tentram.
d.      Hormon Oksitosin, sering dikenal sebagai “hormon cinta” karena hormon ini berhubungan erat dengan hubungan cinta suami istri, kesuburan, kontraksi selama persalinan dan kelahiran, dan pelepasan ASI saat menyusui. Hormon ini pula yang membantu kita merasa baik, dan itu memicu perasaan & perilaku untuk memelihara. Pornografi itu membuat hormon oksitosin bekerja secara terus menerus pada saat si orang tersebut mengakses pornografi. Akibatnya, pecandu tersebut menjadi terikat secara batin dengan pornografi
2.      Kerusakan Otak
Kerusakan otak menjadi hal yang paling sering kita dengar, termasuk pada pembahasan tentang berbagai hormon sebelumnya, kita dapat melihat otak merupakan bagian yang paling banyak menerima pengaruh negatif dari kebiasaan men-candu pornografi, adiksi (kecanduan) ini mengakibatkan otak bagian tengah depan yang disebut Ventral Tegmental Area (VTA) secara fisik mengecil.
Pornografi menimbulkan perubahan konstan pada neorotransmiter dan melemahkan fungsi kontrol. Ini yang membuat orang-orang yang sudah kecanduan tidak bisa lagi mengontrol perilakunya. Rusaknya otak prefrontal conteks, akan membuat perasaan kita selalu kacau, makanya kita akan selalu ketergantungan untuk melihat film porno. Saat melihat film porno, sistim limbik kita akan bekerja, sehingga keluarlah dufamin atau hormon kenikmatan.
3.      Terjerat seks bebas, kelainan perilaku seksual, pelecahan seksual, hingga mengidap berbagi penyakit kelamin
E.     Efek Negative Pornografi Secara Online
Remaja yang paling rentan terhadap kecanduan adalah mereka yang tidak bisa mengandalkan orang tua untuk menyediakan sumber yang konsisten dari kontak dan kenyamanan untuk membantu mereka mengatur keadaan emosional mereka. keluarga tersebut meliputi, tapi tidak terbatas pada, yang mana orang tua dapat menderita kecanduan – termasuk alkohol – atau gagal untuk secara emosional tersedia untuk alasan lain. Anak-anak dari keluarga yang rentan – mereka sering tidak rendah diri dan merasa sendirian. Mereka belajar untuk tidak mempercayai atau bergantung pada orang lain dan mencari cara untuk menghibur dan merangsang diri mereka sendiri yang tidak melibatkan orang-orang yang terpercaya dan tersedia untuk mereka dan berada dalam kendali mereka.
Remaja lain yang terkena bahaya online adalah ajakan seksual yang tidak diinginkan. Remaja yang paling rentan dari setiap kelompok umur sedemikian seksual yang tidak diinginkan (Wolak et al., 2006). Satu dalam 7 remaja dilaporkan telah mengalami provokasi yang tidak diinginkan – yang sebagian besar terlibat undangan untuk bertemu offline, meminta remaja untuk berbicara tentang seks atau menjawab pertanyaan seksual, atau meminta remaja untuk foto seksual eksplisit (Wolak et al., 2006).
F.     Cara Melindungi Remaja dari Bahaya Pornografi
  1. Berikan Pemahaman Kepada Anak Sejak Usia Dini
Memberikan pemahaman kepada Anak sejak sedini mungkin, yang terbaik adalah ketika ia mulai  menjamah berbagai media yang membuatnya bisa mengakses pornografi. Ingat bukan sekedar melarang, tapi memberikan pemahaman, sehingga anak anda tidak takut dengan ancaman anda, karena cepat atau lambat saat ia tahu anda tidak mungkin selalu mengawasinya, maka ia akan mengakses pornografi dengan sembunyi-sembunyi. Jadi tumbuhkanlah kesadaran akan bahaya pornografi sejak sedini mungkin, dengan mensosiliasikan kepada mereka dampak negatif pornografi secara terus menerus, perlahan, dan konsisten! 
  1. Kenali Media Hiburan Anda atau Anak anda
Video Games, Musik, Majalah, Koran adalah hal-hal yang biasa menemani anda ataupun buah hati anda menghabiskan hari libur bersama, namun kadang anda tidak sadar anak-anak remaja anda mulai mengenal pornografi dari hal-hal ini. Video Game seperti GTA misalnya mengandung banyak sekali materi-materi yang bersifat kekerasan dan seksual, lalu lirik dari musik-musik yang beredar saat ini banyak yang menggunakan kata-kata kasar, atau mengandung unsur seksual, begitupun dengan majalah, dan media lainnya, maka jika anda adalah orang tua yang tidak ingin anak anda terjerumus dalam masalah pornografi ini, memperhatikan detail dari media hiburan anak-anak anda sangatlah penting dilakukan
  1. Bagi Para Orang Tua, Berusahalah Untuk Menjadi Mawas Teknologi.
Teknologi internet saat ini adalah sumber materi pornografi yang paling banyak dan mudah diakses, jadi jangan sampai ketidaktahuan anda tentang teknologi membuat anak-anak anda dengan leluasa menikmati materi pornografi tanpa anda ketahui. Se-sibuk apapun anda sempatkanlah diri anda untuk paling tidak mengetahui cara melihat apa saja yang pernah anak anda akses di internet beberapa waktu terakhir, lalu jika memungkinkan anda mulai memanfaatkan berbagai software parental control untuk menjauhkan anak-anak anda dari pengaruh pornografi. Sempatkan diri anda untuk mulai berkomunikasi dengan pakar-pakar yang berkompeten dalam dunia IT untuk mengetahui bagaimana mengontrol aktivitas internet anak anda, dan anda dapat pula mempelajari berbagai teknik memblokir situs-situs penyedia materi pornografi di komputer pribadi anak-anak anda, seperti dengan memanfaatkan DNS Nawala.
  1. Letakkan Komputer Di Ruang Umum
Meletakkan komputer diruang umum yang selalu dapat diawasi seisi rumah akan memudahkan para orang tua untuk mengawasi anak-anaknya, atau bagi para pecandu pornigrafi yang ingin menghentikan kebiasaan buruknya, dengan meletakkan komputer di tempat yang umum, anda akan berfikir dua kali ketika ingin mengakses berbagai materi pornografi ini












BAB III
METODE PENELITIAN
1.      Subjek/ Responden Penelitian
Tim peneliti menyebar angket kepada siswa-siswi kelas 10 dan 11 di SMA daerah Jakarta Timur dan Bogor dengan usia rata 15 hingga 17 tahun. Jumlah wanita yang minta untuk mengisi kuesioner berjumlah 59 orang dan pria berjumlah 51 orang
2.      Kuesioner yang digunakan adalah kueseioner pertanyaan tertutup. Pertanyaan yang terdapat di kuesinor terdapat dilembaran lampiran
3.      Hasil penelitian











           





Hasil penelitian
Hasil penelitian kami pada usia remaja pada rata-rata usia 16 hingga 17 tahun adalah, bahwa remaja perempuan lebih tidak berminat, mengerti, memahami ataupun penasaran pada situs pornografi dibandingkan remaja lelaki.
Wanita lebih tidak menggunakan internet hanya untuk mengaskes situs pornografi. Rata-rata para remaja memiliki teman yang lebih tua tetapi belum tentu mereka yang memberitahu mereka justru diberitahu mengenai situs pornografi dari teman sebaya mereka. Mereka tidak diberitahu  mengenai seks education oleh para orang tua mereka, orang tua mereka juga tidak melakukan pengawasan saat mereka menggunakan internet dan mereka juga tidak mengetahui bahwa anak mereka mengakses situs pornigrafi tetapi para remaja (terutama laki-laki) merasa bersalah jikaorang tua mereka mengetahui kalau mereka mengakses situs pornografi.
Remaja wanita tidak mengalami ‘ketagihan’ saat mengakses situs pornografi dibandingkan oleh laki-laki, mereka juga lebih memilih untuk bersosialisasi dibandingkan menghabiskan waktu untuk mengakses situs pornografi.
Remaja laki-laki merasa telah dewasa setelah mereka mengakses situs porno. Remaja laki-laki lebih sering membicarkan tentang pornografi dibandingkan wanita. Kebanyakan remaja wanita ataupun pria mengakses  situs porno karena mereka penasaran, tetapi bukan merupakan kegiatan mengisi waktu luang, dan setelah selesai mengakses mereka tidak menyimpan foto ataupun video dari situs tersebut.





LAMPIRAN
Angket                        :
Jenis Kelamin :
Umur               :
No
Pertanyaan
SS
S
KS
TS
1
Saya menggunakan internet hanya untuk mengakses situs pornografi




2
Saya merasa senang jika situs pornografi di blokir




3
Orang tua saya memantau saya pada saat saya mengakses internet




4
Saya mengakses situ pornografi pada saat tidak ada kegiatan




5
Saya menghabiskan waktu lebih dari satu jam untuk mengakses situs pornografi




6
Saya lebih suka menghabiskan waktu untuk mengakses situs pornografi dibandingkan menghabiskan waktu untuk kegiatan lain




7
Saya mengakses situs pornografi hingga lupa waktu untuk mengerjakan tugas




8
Saya merasa telah menyia-nyiakan banyak waktu untuk mengakses situs pornografi




9
Saya telah mencoba untuk berhenti mengakses situs pornografi




10
Saya merasa bosan untuk berlama-lama mengakses situs pornografi




11
Saya merasa senang ketika sudah mengakses situs pornografi




12
Saya melewatkan acara-acara sosial karena terlalu asik mengakses situs pornografi




13
Saya senang mengakses situs pornografi




14
Saya tidak tertarik untuk mengakses situs pornografi




15
Saya mengatahui situs porno dari kakak saya




16
Saya menjadikan situs pornografi sebagai kebutuhan seksual




17
Saya menjadikan situs pornografi menjadi hobby saya




18
Saya mengatahui situs pornografi dari teman saya




19
Saya mengatahui situs pornografi dari orang tua saya




20
Saya mengatahui situs pornografi dari pacar saya




21
Saya melihat orangtua saya mengakses situs porno




22
Orang tua saya mengatahui saya mengakses situs porno




23
Saya merasa ada yang kurang ketika saya tidak mengakses situs porno




24
Menurut saya mengakses situs porno hanya membuang waktu




25
Setelah saya mengakses situs porno saya merasa telah dewasa




26
Setelah saya mengakses situs porno saya ingin meniru apa yang telah saya dapatkan dari situs porno




27
Setelah mengakses situs porno saya mengambil file (video, gambar, dll) untuk dijadikan koleksi pribadi saya




28
Saya merasa berdosa atau bersalah jika saya mengakses situs porno




29
Saya tidak tahu malu ketika saya mengakses situs porno berdua dengan teman saya (sejenis kelamin)




30
Jika saya tidak mengakses situs porno dalam waktu dua hari saya merasa tidak bersemangat




31
Saya membicarakan situ porno kepada teman sebaya saya




32
Saya membicarakan situ porno kepada kakak saya




33
Saya membicarakan situ porno kepada adik saya




34
Saya memiliki sebuah kelompok untuk membahas hal yang berbau tentang pornografi




35
Saya suka menukar koleksi pribadi (file tentang pornografi) saya dengan teman




36
Saya memiliki folder khusus untuk koleksi pribadi (seperti video, gambar, dll) yang saya download di situs porno




37
Saya merasa resah atau takut jika orang tua saya mengetahui saya mengakses situs porno




38
Saya mengakses situs porno karena merasa penasaran




39
Saya mengakses situs porno karena teman-teman saya sering bercerita mengenai situs porno




40
Orang tua saya tidak pernah mengajari saya mengenai bahaya pornografi




41
Saya memiliki banyak teman yang lebih tua dari saya





Keterangan:
SS : Sangat Setuju
S : Setuju
KS : Kurang Setuju
STS : Sangat Tidak Setuju












DAFTAR PUSTAKA

Magdalena, Merry. Melindungi anak dari seks bebas. Jakarta:Grasindo
SUMBER REFERENSI