Perbedaan Sikap Terhadap Site Yang Mengandung Content Pornografi Berdasarkan Jenis Kelamin
Makalah ini disusun untuk memenuhi kelompok
pada mata kuliah
“Psi & Teknologi Internet”
Dosen Pengampu
Ira Puspitawati
Disusun
Oleh:
Andi
Anisa Soraya Darmawangsa 10513862
Bunga
Reski Lestari 11513820
Rahmadhanirizki
Pramasetya 17513165
Sanela
Isnaeni Haka 18513235
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Pengatar
Menurut Soerjono Soekanto dalam buku
“Remaja dan masalah-masalahnya”, remaja merupakan masa peralihan (usia berkisar
13 –18 tahun), dimana disebut sebagai anak-anak sudah tidak mungkin, disebut
dewasa masih belum bisa. Masa Remaja adalah masa bagi seorang anak mencoba
mengidentifikasikan dirinya dengan cara; melakukan yang dilakukan orang, meniru
apa yang dilakukan pujaannya. Terkadang ingin pamer, menarik perhatian dari
orang sekitar juga ditempuh, dan ini menjadi stigma dari seorang remaja. Boleh
dikatakan, masa remaja bahkan masa kanak-kanak menentukan perkembangan
psikologi serta daya fikir seseorang yang nantinya berdampak pada kehidupan di
masa mendatang. Sehingga orang tualah actor penting dari pembentukan jiwa anak.
Selain peran orangtua, perkembangan
psikologi anak juga dipengaruhi oleh lingkungan sosialnya (cara pergaulannya)
sehingga dengan siapa, bagaimana, dimana, sangat menentukan perilaku anak.
Adalah hal utama membuatkan frame apa yang baik untuk pergaulan anak. Anak yang
bergaul ditempat yang baik maka perilakunya baik. Sebaliknya anak bergaul
dengan teman yang kurang baik, seperti merokok, tawuran, akan mudah terpengaruh
melakukan tindakan kejahatan / kriminal. Memberikan pengertian dan teladan akan
hak dan kewajiban, melatih anak bersikap mandiri.
Pornografi di Indonesia saat ini sedang
merajalela seperti di Amerika Serikat 20 tahun silam. Alasan pornografi dapat
merajalela salah satunya adalah karena media massa terutama situs online. Situs
online yang berada di web adalah situs yang dapat diakses oleh siapa saja baik
remaja hingga dewasa, dan disitulah bahayanya karena situs online yang
mengandung unsure pornografi tidak memiliki kata sandi ataupun cara untuk
mengetahui yang mengakses situs tersebut adalah remaja. Orang
tua yang bertugas memantau anak merekapun kemungkinan tidak dapat memantau
secara maksimal karena mereka sibuk dengan pekerjaan dan tidak menguasai
penggunaan alat teknologi zaman sekarang.
Dengan penggunaan alat tekonologi yang sangat dikuasai
oleh remaja, dapat memudahkan remaja untuk mengakses site yang mengandung situs
pornografi dengan mudah. Begitupula untuk mengdownload file yang mengandung
pornografi.
B.
Perumusan Masalah
1.
Apa pengertian
pornografi?
2.
Apa saja dampak
pornografi pada remaja?
3.
Bagaimana cara
melindungi remaja dari pornografi?
4.
Bagaimana perbedaan
sikap antara wanita dan pria terhadap pornografi?
C.
Tujuan Penulisan
1.
Perbedaan sikap
antara wanita dan pria terhadap site yang mengandung content pornografi
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Pornografi
Menurut
bahasa, pornografi berasal dari kata Yunani “porne” yang berarti perempuan
jalang dan graphein berarti menulis. Dari pengertian ini, menunjukkan bahwa
objek utama dan sumber pornografi adalah perempuan.
Dalam
referensi lain, porno juga bermakna cabul. Dari sinilah pornografi dipahami
sebagai penggambaran tingkah laku secara erotis dengan lukisan atau tulisan
untuk membangkitkan nafsu birahi. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
disebutkan, Pornografi adalah penggambaran tingkah laku secara erotis dengan
lukisan atau tulisan untuk membangkitkan nafsu birahi
Pornografi dapat didefinisikan
sebagai penggambaran tubuh manusia atau perilaku seksual manusia secara
terbuka (eksplisit) dengan tujuan membangkitkan birahi (gairah seksual). Pornografi dapat menggunakan
berbagai media — teks tertulis maupun lisan, foto-foto, ukiran, gambar, gambar
bergerak (termasuk animasi), dan suara seperti misalnya suara orang yang
bernapas tersengal-sengal.
Film porno
menggabungkan gambar yang bergerak, teks erotik yang diucapkan dan/atau
suara-suara erotik lainnya, sementara majalah seringkali menggabungkan foto dan
teks tertulis. Novel dan cerita pendek menyajikan teks tertulis, kadang-kadang
dengan ilustrasi. Suatu pertunjukan hidup pun dapat disebut pornografi.
B. Pornografi
Normal Pada Remaja
Setiap manusia
memiliki naluri seks dan karena itu wajar merasa senang dengan materi seks.
Namun demikian, bila remaja sudah sering mengkonsumsi pornografi, dorongan
untuk menyalurkan hasrat seksualnya menjadi tinggi. Karena itu, mengkonsumsi
pornografi sejak remaja potensial mendorong tumbuhnya perilaku seks di luar
pernikahan yang tidak bertanggungjawab.
Seseorang bisa
saja melakukan tindakan perkosaan karena dipengaruhi oleh pornografi. Banyak
sekali diberitakan media massa tentang perkosaan yang dilakukan setelah
pelakunya menonton film porno. Namun demikian, perkosaan umumnya terjadi oleh
pelaku yang memandang rendah derajat wanita. Karena itu, pornografi sering
dianggap sebagai faktor yang memperkokoh budaya perkosaan terhadap wanita.
C.
Dampak Pornografi Pada Remaja
Bila remaja terus menerus mengkonsumsi
pornografi, sangat mungkin ia akan terdorong untuk melakukan hubungan seks pada
usia terlalu dini, dan di luar ikatan pernikahan. Apalagi pornografi umumnya
tidak mengajarkan corak hubungan seks yang bertanggungjawab, sehingga potensial
mendorong perilaku seks yang menghasilkan kehamilan remaja, kehamilan di luar
nikah atau penyebaran penyakit yang menular melalui hubungan seks, seperti
PMS/AIDS.
Penelitian menunjukkan para konsumen pornografi cenderung mengalami efek kecanduan, dalam arti sekali menyukai pornografi, seseorang akan merasakan kebutuhan untuk terus mencari dan memperoleh materi pornografi. Bahkan lebih dari itu, si pecandu pornografi akan mengalami proses peningkatan (eskalasi) kebutuhan.
Penelitian menunjukkan para konsumen pornografi cenderung mengalami efek kecanduan, dalam arti sekali menyukai pornografi, seseorang akan merasakan kebutuhan untuk terus mencari dan memperoleh materi pornografi. Bahkan lebih dari itu, si pecandu pornografi akan mengalami proses peningkatan (eskalasi) kebutuhan.
Dampak lainnya
·
Pornografi mengakibatkan kerusakan pada lima bagian otak,
terutama pada pre frontal corteks
(bagian otak yang tepat berada di belakang dahi ß otak logika).
·
Kerusakan pada otak limbik , bagian otak ini digunakan untuk
merespon pornografi pada anak dan remaja. Akibatnya bagian otak yang
bertanggung jawab untuk logika akan mengalami cacat karena hiperstimulasi tanpa
filter. (Otak hanya mencari kesenangan tanpa adanya konsekuensi).
·
Rusaknya otak akan mengakibatkan korban akan mudah mengalami
bosan, merasa sendiri, marah, tertekan dan lelah. Selain itu, dampak yang
paling mengkhawatirkan adalah penurunan prestasi akademik dan kemampuan
belajar, serta berkurangnya kemampuan pengambilan keputusan.
·
Merendahkan kaum wanita,
umumnya pornografi memang menonjolkan wanita sebagai
objek seks. Dalam hal ini, pornografi dapat memperkuat cara pandang bahwa
wanita pada dasarnya hanya mahluk yang berfungsi sebagai pemuas nafsu seks pria
saja. Lebih dari itu, banyak media yang menggambarkan adegan perkosaaan
terhadap wanita sebagai peristiwa yang penuh kenikmatan dan sensasi. Karena
itu, pornografi cenderung menempatkan
wanita dalam posisi rendah.
D.
Kerusakan-Kerusakan yang Diakibatkan oleh Pornografi
1.
Pornografi Merusak Jiwa
Kerusakan yang dapat
ditimbulkan pornografi bagi pecandunya dari sisi kejiwaan tidak terlepas dari
bekerjanya 4 jenis hormon tubuh, yaitu dopamin, neuroepinefrin, serotonin, dan
oksitosin.
a.
Dopamin, bekerja untuk
menimbulkan sensasi puas, senang, lega, gembira dalam dada. Namun, dopamine
juga bekerja menuntut peningkatan level kenikmatan.
b.
Hormon Neuroepinefrin, sebenarnya bekerja untuk
memantik ide-ide kreatif. jika hormon ini sudah dikendalikan oleh pornografi
yang bersifat merusak, otak pecandu pornografi juga akan selalu dipenuhi dengan
yang namanya pornografi dan seksualitas. Apabila ia melihat gambar
yang merangsang sedikit saja, otak akan berpikir “kreatif” untuk berlaku
menyimpang.
c.
Hormon Serotonin, bekerja untuk
memunculkan rasa nyaman dan tenang. Ketika seseorang bersentuhan dengan yang
namanya pornografi, hormon itupun keluar. Efeknya, setiap pecandu pornografi
itu orang itu jengah, sedih, tertekan, atau stress, dia akan lari ke pornografi
karena itu yang membuatnya tentram.
d.
Hormon Oksitosin, sering dikenal sebagai “hormon cinta” karena
hormon ini berhubungan erat dengan hubungan cinta suami istri, kesuburan,
kontraksi selama persalinan dan kelahiran, dan pelepasan ASI saat menyusui.
Hormon ini pula yang membantu kita merasa baik, dan itu memicu perasaan &
perilaku untuk memelihara. Pornografi itu membuat hormon oksitosin bekerja
secara terus menerus pada saat si orang tersebut mengakses pornografi.
Akibatnya, pecandu tersebut menjadi terikat secara batin dengan pornografi
2. Kerusakan
Otak
Kerusakan otak menjadi hal yang paling sering kita dengar,
termasuk pada pembahasan tentang berbagai hormon sebelumnya, kita dapat melihat
otak merupakan bagian yang paling banyak menerima pengaruh negatif dari
kebiasaan men-candu pornografi, adiksi (kecanduan) ini mengakibatkan otak bagian tengah
depan yang disebut Ventral Tegmental Area (VTA) secara fisik mengecil.
Pornografi menimbulkan perubahan konstan pada
neorotransmiter dan melemahkan fungsi kontrol. Ini yang membuat orang-orang
yang sudah kecanduan tidak bisa lagi mengontrol perilakunya. Rusaknya otak prefrontal conteks,
akan membuat perasaan kita selalu kacau, makanya kita akan selalu
ketergantungan untuk melihat film porno. Saat melihat film porno, sistim limbik
kita akan bekerja, sehingga keluarlah dufamin atau hormon kenikmatan.
3. Terjerat seks bebas, kelainan
perilaku seksual, pelecahan seksual,
hingga mengidap berbagi penyakit kelamin
E. Efek Negative Pornografi Secara Online
Remaja yang paling rentan
terhadap kecanduan adalah mereka yang tidak bisa mengandalkan orang tua untuk
menyediakan sumber yang konsisten dari kontak dan kenyamanan untuk membantu
mereka mengatur keadaan emosional mereka. keluarga tersebut meliputi, tapi
tidak terbatas pada, yang mana orang tua dapat menderita kecanduan – termasuk
alkohol – atau gagal untuk secara emosional tersedia untuk alasan lain.
Anak-anak dari keluarga yang rentan – mereka sering tidak rendah diri dan
merasa sendirian. Mereka belajar untuk tidak mempercayai atau bergantung pada
orang lain dan mencari cara untuk menghibur dan merangsang diri mereka sendiri
yang tidak melibatkan orang-orang yang terpercaya dan tersedia untuk mereka dan
berada dalam kendali mereka.
Remaja lain yang terkena
bahaya online adalah ajakan seksual yang tidak diinginkan. Remaja yang paling
rentan dari setiap kelompok umur sedemikian seksual yang tidak diinginkan
(Wolak et al., 2006). Satu dalam 7 remaja dilaporkan telah mengalami provokasi
yang tidak diinginkan – yang sebagian besar terlibat undangan untuk bertemu
offline, meminta remaja untuk berbicara tentang seks atau menjawab pertanyaan
seksual, atau meminta remaja untuk foto seksual eksplisit (Wolak et al., 2006).
F. Cara Melindungi Remaja dari Bahaya Pornografi
- Berikan Pemahaman Kepada Anak Sejak Usia Dini
Memberikan pemahaman kepada Anak sejak sedini mungkin, yang
terbaik adalah ketika ia mulai menjamah
berbagai media yang membuatnya bisa mengakses pornografi. Ingat bukan sekedar
melarang, tapi memberikan pemahaman, sehingga anak anda tidak takut dengan
ancaman anda, karena cepat atau lambat saat ia tahu anda tidak mungkin selalu
mengawasinya, maka ia akan mengakses pornografi dengan sembunyi-sembunyi. Jadi
tumbuhkanlah kesadaran akan bahaya pornografi sejak sedini mungkin, dengan
mensosiliasikan kepada mereka dampak negatif pornografi secara terus menerus,
perlahan, dan konsisten!
- Kenali Media Hiburan Anda atau Anak anda
Video Games, Musik, Majalah, Koran adalah hal-hal yang biasa
menemani anda ataupun buah hati anda menghabiskan hari libur bersama, namun
kadang anda tidak sadar anak-anak remaja anda mulai mengenal pornografi dari
hal-hal ini. Video Game seperti GTA misalnya mengandung banyak sekali
materi-materi yang bersifat kekerasan dan seksual, lalu lirik dari musik-musik
yang beredar saat ini banyak yang menggunakan kata-kata kasar, atau mengandung
unsur seksual, begitupun dengan majalah, dan media lainnya, maka jika anda
adalah orang tua yang tidak ingin anak anda terjerumus dalam masalah pornografi
ini, memperhatikan detail dari media hiburan anak-anak anda sangatlah penting
dilakukan
- Bagi Para Orang Tua, Berusahalah Untuk Menjadi
Mawas Teknologi.
Teknologi internet saat ini adalah sumber materi pornografi
yang paling banyak dan mudah diakses, jadi jangan sampai ketidaktahuan anda
tentang teknologi membuat anak-anak anda dengan leluasa menikmati materi
pornografi tanpa anda ketahui. Se-sibuk apapun anda sempatkanlah diri anda
untuk paling tidak mengetahui cara melihat apa saja yang pernah anak anda akses
di internet beberapa waktu terakhir, lalu jika memungkinkan anda mulai
memanfaatkan berbagai software parental control untuk menjauhkan anak-anak anda
dari pengaruh pornografi. Sempatkan diri anda untuk mulai berkomunikasi dengan
pakar-pakar yang berkompeten dalam dunia IT untuk mengetahui bagaimana mengontrol
aktivitas internet anak anda, dan anda dapat pula mempelajari berbagai teknik
memblokir situs-situs penyedia materi pornografi di komputer pribadi anak-anak
anda, seperti dengan memanfaatkan DNS Nawala.
- Letakkan Komputer Di
Ruang Umum
Meletakkan komputer
diruang umum yang selalu dapat diawasi seisi rumah akan memudahkan para orang
tua untuk mengawasi anak-anaknya, atau bagi para pecandu pornigrafi yang ingin
menghentikan kebiasaan buruknya, dengan meletakkan komputer di tempat yang
umum, anda akan berfikir dua kali ketika ingin mengakses berbagai materi
pornografi ini
BAB III
METODE PENELITIAN
1.
Subjek/
Responden Penelitian
Tim peneliti
menyebar angket kepada siswa-siswi kelas 10 dan 11 di SMA daerah Jakarta Timur
dan Bogor dengan usia rata 15 hingga 17 tahun. Jumlah wanita yang minta untuk
mengisi kuesioner berjumlah 59 orang dan pria berjumlah 51 orang
2.
Kuesioner
yang digunakan adalah kueseioner pertanyaan tertutup. Pertanyaan yang terdapat
di kuesinor terdapat dilembaran lampiran
3.
Hasil
penelitian
Hasil penelitian
Hasil
penelitian kami pada usia remaja pada rata-rata usia 16 hingga 17 tahun adalah,
bahwa remaja perempuan lebih tidak berminat, mengerti, memahami ataupun
penasaran pada situs pornografi dibandingkan remaja lelaki.
Wanita
lebih tidak menggunakan internet hanya untuk mengaskes situs pornografi. Rata-rata
para remaja memiliki teman yang lebih tua tetapi belum tentu mereka yang
memberitahu mereka justru diberitahu mengenai situs pornografi dari teman
sebaya mereka. Mereka tidak diberitahu
mengenai seks education oleh para orang tua mereka, orang tua mereka juga
tidak melakukan pengawasan saat mereka menggunakan internet dan mereka juga
tidak mengetahui bahwa anak mereka mengakses situs pornigrafi tetapi para
remaja (terutama laki-laki) merasa bersalah jikaorang tua mereka mengetahui
kalau mereka mengakses situs pornografi.
Remaja
wanita tidak mengalami ‘ketagihan’ saat mengakses situs pornografi dibandingkan
oleh laki-laki, mereka juga lebih memilih untuk bersosialisasi dibandingkan menghabiskan
waktu untuk mengakses situs pornografi.
Remaja
laki-laki merasa telah dewasa setelah mereka mengakses situs porno. Remaja
laki-laki lebih sering membicarkan tentang pornografi dibandingkan wanita.
Kebanyakan remaja wanita ataupun pria mengakses
situs porno karena mereka penasaran, tetapi bukan merupakan kegiatan
mengisi waktu luang, dan setelah selesai mengakses mereka tidak menyimpan foto
ataupun video dari situs tersebut.
LAMPIRAN
Angket :
Jenis Kelamin :
Umur :
No
|
Pertanyaan
|
SS
|
S
|
KS
|
TS
|
1
|
Saya menggunakan internet hanya untuk
mengakses situs pornografi
|
|
|
|
|
2
|
Saya merasa senang jika situs
pornografi di blokir
|
|
|
|
|
3
|
Orang tua saya memantau saya pada saat
saya mengakses internet
|
|
|
|
|
4
|
Saya mengakses situ pornografi pada
saat tidak ada kegiatan
|
|
|
|
|
5
|
Saya menghabiskan waktu lebih dari
satu jam untuk mengakses situs pornografi
|
|
|
|
|
6
|
Saya lebih suka menghabiskan waktu
untuk mengakses situs pornografi dibandingkan menghabiskan waktu untuk
kegiatan lain
|
|
|
|
|
7
|
Saya mengakses situs pornografi hingga
lupa waktu untuk mengerjakan tugas
|
|
|
|
|
8
|
Saya merasa telah menyia-nyiakan
banyak waktu untuk mengakses situs pornografi
|
|
|
|
|
9
|
Saya telah mencoba untuk berhenti
mengakses situs pornografi
|
|
|
|
|
10
|
Saya merasa bosan untuk berlama-lama
mengakses situs pornografi
|
|
|
|
|
11
|
Saya merasa senang ketika sudah mengakses
situs pornografi
|
|
|
|
|
12
|
Saya melewatkan acara-acara sosial
karena terlalu asik mengakses situs pornografi
|
|
|
|
|
13
|
Saya senang mengakses situs pornografi
|
|
|
|
|
14
|
Saya tidak tertarik untuk mengakses
situs pornografi
|
|
|
|
|
15
|
Saya mengatahui situs porno dari kakak
saya
|
|
|
|
|
16
|
Saya menjadikan situs pornografi
sebagai kebutuhan seksual
|
|
|
|
|
17
|
Saya menjadikan situs pornografi
menjadi hobby saya
|
|
|
|
|
18
|
Saya mengatahui situs pornografi dari
teman saya
|
|
|
|
|
19
|
Saya mengatahui situs pornografi dari orang
tua saya
|
|
|
|
|
20
|
Saya mengatahui situs pornografi dari
pacar saya
|
|
|
|
|
21
|
Saya melihat orangtua saya mengakses
situs porno
|
|
|
|
|
22
|
Orang tua saya mengatahui saya
mengakses situs porno
|
|
|
|
|
23
|
Saya merasa ada yang kurang ketika
saya tidak mengakses situs porno
|
|
|
|
|
24
|
Menurut saya mengakses situs porno
hanya membuang waktu
|
|
|
|
|
25
|
Setelah saya mengakses situs porno
saya merasa telah dewasa
|
|
|
|
|
26
|
Setelah saya mengakses situs porno
saya ingin meniru apa yang telah saya dapatkan dari situs porno
|
|
|
|
|
27
|
Setelah mengakses situs porno saya
mengambil file (video, gambar, dll) untuk dijadikan koleksi pribadi saya
|
|
|
|
|
28
|
Saya merasa berdosa atau bersalah jika
saya mengakses situs porno
|
|
|
|
|
29
|
Saya tidak tahu malu ketika saya
mengakses situs porno berdua dengan teman saya (sejenis kelamin)
|
|
|
|
|
30
|
Jika saya tidak mengakses situs porno
dalam waktu dua hari saya merasa tidak bersemangat
|
|
|
|
|
31
|
Saya membicarakan situ porno kepada
teman sebaya saya
|
|
|
|
|
32
|
Saya membicarakan situ porno kepada
kakak saya
|
|
|
|
|
33
|
Saya membicarakan situ porno kepada
adik saya
|
|
|
|
|
34
|
Saya memiliki sebuah kelompok untuk
membahas hal yang berbau tentang pornografi
|
|
|
|
|
35
|
Saya suka menukar koleksi pribadi
(file tentang pornografi) saya dengan teman
|
|
|
|
|
36
|
Saya memiliki folder khusus untuk
koleksi pribadi (seperti video, gambar, dll) yang saya download di situs
porno
|
|
|
|
|
37
|
Saya merasa resah atau takut jika
orang tua saya mengetahui saya mengakses situs porno
|
|
|
|
|
38
|
Saya mengakses situs porno karena
merasa penasaran
|
|
|
|
|
39
|
Saya mengakses situs porno karena
teman-teman saya sering bercerita mengenai situs porno
|
|
|
|
|
40
|
Orang tua saya tidak pernah mengajari
saya mengenai bahaya pornografi
|
|
|
|
|
41
|
Saya memiliki banyak teman yang lebih
tua dari saya
|
|
|
|
|
Keterangan:
SS
: Sangat Setuju
S
: Setuju
KS
: Kurang Setuju
STS
: Sangat Tidak Setuju
DAFTAR PUSTAKA
Magdalena,
Merry. Melindungi anak dari seks bebas.
Jakarta:Grasindo
SUMBER REFERENSI