Rabu, 25 Maret 2015

Sejarah Kesehatan Mental, Konsep Kesehatan Mental, dan Model Kesehatan Barat dan Timur

Siapa yang tahu? Apa sih arti kata sehat? Apa keadaan kalian sekarang ini sehat atau sakit? Kalau belom tau bisa dibaca tulisan ini. Semoga bermanfaat. Selamat membaca. :)

Sejarah Kesehatan Mental

Selama ini masih banyak mitos dan konsepsi yang diyakini masyarakat Indonesia mengenai Kesehatan Mental yang keliru, antara lain: gangguan mental adalah herediter/ diturunkan, gangguan mental tidak dapat disembuhkan, gangguan mental muncul secara tiba-tiba, gangguan mental merupakan aib/ noda bagi lingkungannya, gangguan mental merupakan peristiwa tunggal, seks merupakan penyebab munculnya gangguan mental, kesehatan mental cukup dipahami dan ditangani oleh satu disiplin ilmu saja, kesehatan mental dipandang sama dengan “ketenangan batin”, yang dimaknai sebagai tidak ada konflik, tidak ada masalah, hidup tanpa ambisi, pasrah.
  • Jaman Purba/ Pra Sejarah

Penyakit mental di anggap dan diperlakukan seperti penyakit fisik yang dipengaruhi oleh roh jahat, guna-guna, kutukan Tuhan, dan sebagainya. Pasien yang menderita penyakit mental di intervensi melalui kekuatan supra natural. Pasien yang merugikan atau yang tidak dapat disembuhkan akan dibunuh atau dibiarkan meninggal.
  • Tahap Demonologi (sebelum abad pertengahan)

Kesehatan mental dikaitkan dengan kekuatan gaib, kekuatan spiritual, setan dan makhluk halus, ilmu sihir, dan sejenisnya. Gangguan mental terjadi akibat kegiatan yang menentang kekuatan gaib tersebut. Sehingga bentuk penanganannya tidak ilmiah dan kurang manusiawi, seperti: upacara ritual, penyiksaan atau perlakuan tertentu terhadap penderita dengan maksud mengusir roh jahat dari dalam tubuh penderita.
  • Tahap Pengenalan Medis (4abad SM-abad ke 6 SM)

Mulai dari abad ke-4 Sebelum Masehi muncul tokoh-tokoh di bidang medis yang merupakan filsuf-filsuf Yunani. Yaitu Hipocrates, Hirophilus, Galenus, Vesalius, Paracelsus, dan Cornelius Agrippa. Mereka mulai menggunakan konsep biologis yang penanganannya lebih manusiawi. Mereka berpendapat bahwa gangguan mental disebabkan oleh gangguan biologis atau kondisi biologis seseorang, bukan akibat roh jahat. Tetapi pendapat ini ditentang keras dari aliran-aliran yang meyakini adanya roh jahat. 
  • Tahap Sakit Mental dan Revolusi Kesehatan Mental

Tahapan ini mulai muncul pada abad ke-17: Renaissance (revolusi Prancis), dengan tokohnya Phillipe Pinel yang lebih mengutamakan persamaan, kebebasan, dan persaudaraan dalam menangani pasien gangguan mental di rumah sakit.Terjadi perubahan dalam pemikiran mengenai penyebab gangguan mental dan cara penanganan serta upaya penyembuhannya. Tokoh-tokoh yang mendukung adalah:
  1. William Tuke (abad 18), di Inggris: perlakuan moral pasien asylum.
  2. Benjamin Rush (1745-1813), di Amerika Serikat: merupakan bapak kedokteran jiwa Amerika.
  3. Emil Kraepelin (1855-1926), di Jerman: menyusun klasifikasi gangguan mental pertama kali.
  4. Dorothea Dix (1802-1887), di Amerika: mengajar dan memberikan bantuan kemanusiaan kepada masyarakat miskin dan komunitas perempuan di penjara.
  5. Clifford Beers (1876-1943), di Amerika: pengusaha yang mendirikan gerakan kesehatan mental di Amerika.
  • Tahap Pengenalan Faktor Psikologis (abad ke-20)

Merupakan revolusi kesehatan mental ke-2. Munculnya pendekatan psikologis (Psikoanalisa) yang mempelopori penanganan penderita ganggan mental secara medis dan psikologis. Tokoh utamanya adalah Sigmund Freud, yang melakukan penanganan hipnose, kartasis, asosiasi bebas, serta analisis mimpi. Tujuannya adalah mengatasi masalah mental individu dengan menggali konflik intrapsikis penderita gangguan mental. Intervensi tersebut dikenal dengan istilah penanganan klinis (psikoterapi).
  • Tahap Multifaktoral

Mulai berkembang setelah Perang Dunia II. Kesehatan mental dipandang tidak hanya dari segi psikologis dan medis, tetapi melibatkan faktor interpersonal, keluarga, masyarakat, dan hubungan sosial. Interaksi semua faktor tersebut diyakini mempengaruhi kesehatan mental individu dan masyarakat.
Tahap ini merupakan Revolusi ke-3 gerakan kesehatan mental dengan tokohnya Whittingham Beers (“A Mind That Found Itself”), William James dan Adolf Meyer. Menurut pandangan ini, penanganan penderita gangguan mental lebih baik dilakukan sejak tahap pencegahannya, yaitu:
  1. Pengembangan perbaikan dalam perawatan dan terapi terhadap penderita gangguan mental
  2. Penyebaran informasi yang mengarah pada sikap inteligen dan humanis pada penderita gangguan mental
  3. Mengadakan riset terkait
  4. Mengembangkan praktik pencegahan gangguan mental
Konsep Mental


Sehat dan sakit adalah dua kata yang saling berhubungan erat dan merupakan bahasa kita sehari-hari. Dalam sejarah kehidupan manusia istilah sehat dan sakit dikenal di semua kebudayaan. Sehat dan sakit adalah suatu kondisi yang seringkali sulit untuk kita artikan meskipun keadaan ini adalah suatu kondisi yang dapat kita rasakan dan kita amati dalam kehidupan sehari-hari hal ini kemudian akan mempengaruhi pemahaman dan pengertian seseorang terhadap konsep sehat misalnya, orang tidak memiliki keluhan-keluahan fisik dipandang sebagai orang yang sehat. Sebagian masyarakat juga beranggapan bahwa anak yang gemuk adalah anak yang sehat meskipun jika mengacu pada standard gizi kondisinya berada dalam status gizi lebih atau overweight. Jadi faktor subyektifitas dan kultural juga mempengaruhi pemahaman dan pengertian mengenai konsep sehat yang berlaku dalam masyarakat.
Kata sehat merupakan Indonesianisasi dari bahasa Arab “ash-shihhah” yang berarti sembuh, sehat, selamat dari cela, nyata, benar, dan sesuai dengan kenyataan. Kata sehat dapat diartikan pula: (1) dalam keadaan baik segenap badan serta bagian-bagiannya (bebas dari sakit), waras, (2) mendatangkan kebaikan pada badan, (3) sembuh dari sakit. 
Dalam bahasa Arab terdapat sinonim dari kata ash-shihhah yaitu al-‘afiah yang berarti ash-shihhah at-tammah (sehat yang sempurna ). Kedua kata ash-shihah dan al-afiah  sering digabung digabung menjadi satu yaitu ash-shihhah wa al’afiah, yang apabila diIndonesiakan menjadi ‘sehat wal afiat’ dan  artinya sehat secara sempurna. Kata sehat menurut Kamus Bahasa Indonesia adalah suatu keadaan/ kondisi seluruh badan serta bagian-bagiannya terbebas dari sakit. Mengacu pada Undang-Undang Kesehatan No 23 tahun 1992 sehat adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan seseorang dapat hidup secara sosial dan ekonomis. konsep “sehat”, World Health Organization (WHO) merumuskan dalam cakupan yang sangat luas, yaitu “keadaan yang sempurna baik fisik, mental maupun sosial, tidak hanya terbebas dari penyakit atau kelemahan/cacat”. Dalam definisi ini, sehat bukan sekedar terbebas dari penyakit atau cacat. Orang yang tidak berpenyakit pun tentunya belum tentu dikatakan sehat. Dia semestinya dalam keadaan yang sempurna, baik fisik, mental, maupun sosial.
Pengertian sehat yang dikemukan oleh WHO ini merupakan suatau keadaan ideal, dari sisi biologis, psiologis, dan sosial sehingga seseorang dapat melakukan aktifitas secara optimal. Definisi sehat yang dikemukakan oleh WHO mengandung 3 karakteristik yaitu :
  1. Merefleksikan perhatian pada individu sebagai manusia
  2. Memandang sehat dalam konteks lingkungan internal dan eksternal
  3. Sehat diartikan sebagai hidup yang kreatif dan produktif.Sehat bukan merupakan suatu kondisi tetapi merupakan penyesuaian, dan bukan merupakan suatu keadaan tetapi merupakan proses dan yang dimaksud dengan proses disini adalah adaptasi individu yang tidak hanya terhadap fisik mereka tetapi terhadap lingkungan sosialnya.

Jadi dapat dikatakan bahwa batasan sehat menurut WHO meliputi fisik, mental, dan sosial Sedangkan batasan sehat menurut Undang-undang Kesehatan meliputi fisik (badan), mental (jiwa), sosial dan ekonomi. Sehat fisik  yang dimaksud disini adalah tidak merasa sakit dan memang secara klinis tidak sakit, semua organ tubuh normal dan berfungsi normal dan tidak ada gangguan fungsi tubuh. Sehat mental (jiwa), mencakup:
  • Sehat Pikiran tercermin dari cara berpikir seseorang yakni mampu berpikir secara logis (masuk akal) atau berpikir runtut
  • Sehat Spiritual tercerimin dari cara seseorang dalam mengekspresikan rasa syukur, pujian, atau penyembahan terhadap pencinta alam dan seisinya yang dapat dilihat dari praktek keagamaan dan kepercayaannya serta perbuatan baik yang sesuai dengan norma-norma masyarakat.
  • Sehat Emosional tercermin dari kemampuan seseorang untuk mengekspresikan emosinya atau pengendalian diri yang baik

Sehat Sosial adalah kemampuan seseorang dalam berhubungan dengan orang lain secara baik atau mampu berinteraksi dengan orang atau kelompok lain tanpa membeda-bedakan ras, suku, agama, atau kepercayaan, status sosial, ekonomi, politik.
Sehat dari aspek ekonomi yaitu mempunyai pekerjaan atau menghasilkan secara ekonomi. Untuk anak dan remaja ataupun bagi yang sudah tidak bekerja maka sehat dari aspek ekonomi adalah bagaimana kemampuan seseorang untuk berlaku produktif secara sosial.
Pengertian sehat pada umumnya didefinisikan sebagai sesuatu yang berfokus pada jasmaniah, seperti bebas dari penyakit atau tidak cacat dan kurang memperhatikan hal yang bersifat mental. Konsep sehat itu sendiri yang memang lebih banyak ditemui konsep tentang sakit, ini membuat pemahaman tentang sehat mengalami kerancuan dalam batasan kesehatan sebagai pegangan suatu derajat yang harus dicapai seseorang.

Model Kesehatan Barat dan Timur 

Ada perbedaan antara model kesehatan Barat dan Kesehatan Timur. Berikut adalah penjelasannya:
Model Kesahatan Barat
Model Kesahatan Timur
Model Biomedis (Fruend, 1991)
Dipengaruhi oleh filosofi Yunani (Plato&Aristoteles). Manusia terdiri dari tubuh dan jiwa. Ditambah dengan perkemb biologi, penyakit dan kesehatan semata-mata dihubungkan dgn tubuh saja. Semboyan: “Men Sana In Corpore Sano”. Memiliki 5 asumsi: (Freund, 1991)
  • Tdp perbedaan nyata antara tubuh dan jiwa shg penyakit diyakini berada pada satu bagian tubuh tertentu.
  • Penyakit dapat direduksi pada gangg fungsi tubuh.
  • Penyakit disebabkan oleh suatu penyebab khusus yang secara potensial dpt diidentifikasi.
  • Tubuh seperti sebuah mesin.
  • Tubuh adalah objek yang perlu diatur dan dikontrol.

Bersifat lebih holistik (Joesoef, 1990).
Holistik sempit
Organisme manusia dilihat sbg suatu sistem kehidupan yang semua komponennya saling terkait dan saling tergantung.

Model Psikiatris (Helman, 1990)
Penggunaan berbagai model untuk menjelaskan penyebab gangguan mental. Model organik: menekankan pada perubahan fisik dan biokimia di otak. Model psikodinamik: berfokus pada faktor perkembangan dan pengalaman. Model behavioral: psikosis terjadi karena kemungkinan2 lingkungan. Model sosial: menekankan gangg dalam konteks performansnya.
Holistik luas
Sistem tersebut merupakan suatu bagian integral dari sistem2 yang lebih luas, dimana orginasme individual berinteraksi terus menerus dengan lingkungan fisik dan sosialnya, yaitu tetap terpengaruh oleh lingkungan tapi jg bisa m’ngaruhi dan mengubah lingkungan.
Model Psikosomatis (Tamm, 1993)
Muncul karena ketidakpuasan dengan model biomedis.Dipelopori oleh Helen Flanders Dunbar (1930-an). Tidak ada penyakit fisik tanpa disebabkan oleh anteseden emosional dan sosial. Sebaliknya tidak ada penyakit psikis yang tidak disertai oleh simtom somatik. Penyakit berkembang melalui saling terkait secara b’kesinambungan antara faktor fisik dan mental yang saling memperkuat satu sama lain melalui jaringan yang kompleks.


SUMBER REFERNSI

Terimakasih atas sumber yang saya dapat. Semoga bermanfaat bagi yang membaca. :)



Nama: Sanela Isnaeni Haka
Kelas : 2pa11
NPM : 18513235
Kesehatan Mental

Tidak ada komentar:

Posting Komentar