LAPORAN
PRAKTIKUM PSIKOLOGI FAAL
Nama Mahasiswa
|
:
|
Sanela Isnaeni Haka
|
Nama Asisten
|
:
|
|
NPM
|
:
|
18513235
|
Paraf Asisten
|
:
|
|
Tanggal Pemeriksa
|
:
|
|
|
|
|
1
|
Percobaan
|
:
|
Perasaan Pada
Kulit
|
|
Nama Percobaan
|
:
|
1.1 Cara Kerja 3
Baskom Plastik
1.2 Cara Kerja
Air, Alkohol 70%, dan Aseton
|
|
Nama Subjek Percobaan
|
:
|
Sanela Isnaeni
Haka
|
|
Tempat Percobaan
|
:
|
Laboratorium
Psikologi Faal
|
|
a. Tujuan
Percobaan
|
:
|
Untuk mengetahui
adanya reseptor tekanan sakit, sentuhan dingin dan panas pada kulit serta
letak masing-masing reseptor
|
|
b. Dasar
Teori
|
:
|
Kulit merupakan
indra peraba yang mempunyai reseptor khusus untuk sentuhan, panas, dingin,
sakit, dan tekanan. Kulit terdiri dari 3 bagian, yaitu:
1.
Epidermis : bagian terluar
2.
Dermis : terdapat kelenjar dan
saluran keringat, bulbus rambut, folikel rambut dan akar rambut; kelenjar Sebaseus.
3.
Subcutaneous: pembuluh darah; saraf cutaneous,
jaringan otot.
Reseptor kulit
dan hamparan impuls di saraf perifer. Kulit berfungsi sebagai alat pelindung
bagian dalam, misalnya otot dan tulang; sebagai alat peraba dengan dilengkapi
bermacam reseptor yang peka terhadap berbagai rangsangan; sebagai alat
ekskresi; serta pengatur suhu tubuh. Sehubungan dengan fungsinya sebagai alat
peraba, kulit dilengkapi dengan reseptor-reseptor khusus. Reseptor untuk rasa
sakit ujungnya menjorok masuk ke daerah epidermis.
Reseptor untuk tekanan, ujungnya berada di dermis yang jauh dari epidermis.
Reseptor untuk rangsang sentuhan dan panas, ujung reseptornya terletak di
dekat epidermis.
Indra peraba
merupakan indera yang sederhana, umumnya tersebar pada kulit mamalia dan
sedikit sekali pada vertebrata rendah. Kepekaan peraba pada manusia sangat
besar, terutama di ujung jari dan bibir. Kulit berfungsi sebagai berikut:
1.
Mekanoreseptor à berkaitan dengan indera raba, tekanan getaran, dan kenestesi (gerak).
2.
Thermoreseptor à berkaitan dengan penginderaan yag mendekteksi panas
dan dingin
3.
Kemoreseptor à Peka terhadap perubahan kimiawi
4.
Osmoreseptor à Peka terhdap perubahan tekanan osmotik
|
|
c. Alat
yang Digunakan
|
:
|
3 baskom plastik,
air hangat, air dingin, serta berbagai macam larutan (air, alkohol 70%, dan
aseton
|
|
d. Jalannya
Percobaan
|
:
|
1.1 Pada
percobaan pertama terdapat 3 baskom yang berisikan 3 macam air yaitu: Aà dingin, Bà hangat, dan Cà campuran antara dingin dan hangat. Baskom tersebut
disusun A C B lalu tangan kanan pratikan dimasukan kedalam baskom B yang
berisikan air hangat dan tangan kiri pratikan dimasukan kedalam baskom A yang
berisikan air dingin setelah beberapa menit dan menunggu perintah dari
asisten secara bersamaan tangan kanan dan kiri diangkat keluar dari baskom
lalu dimasukan secara bersamaan kedalam baskom C yang berisikan air campuran
hangat dan dingin lalu rasakan perbedaan antara tangan kanan dan kiri.
1.2 Pada percobaan cara kerja telapak tangan
yang diberi air, alkohol 70%, dan aseton pertama-tama pratikan membersihkan
telapak tangan menggunakan tissue lalu
tiup telapak tangannya dan rasakan apa yang terjadi setelah itu asisten akan
memberikan air diatas telapak tangan tiup dan rasakan apa yang terjadi, lalu
bersihkan lagi menggunakan tissue setelah
itu asisten akan memberikan alkohol 70% kemudian bersihkan lagi dan tiup
kembali agar pratikan dapat merasakan yang terjadi, lalu untuk terakhir
bersihkan kembali telapak tangan setelah itu asisten akan memberikan aseton
dan tiup lagi agar pratikan dapat merasakannya.
|
|
e. Hasil
Percobaan
|
:
|
1.1 Tangan kanan
terasa dingin; tangan kiri terasa biasa saja
1.2 Pada saat
diberi air telapak tangan terasa biasa saja; lalu pada saat diberi alkohol
70% terasa dingin; saat diberi aseton terasa dingin sekali
|
|
f. Hasil Sebenarnya
|
:
|
1.1 Cara Kerja 3
Baskom Plastik:
-
Biasanya
setelah dimasukan ke baskom C tangan kanan dingin; tangan kiri hangat
-
Kulit
sebagai Thermoreseptor berfungsi
untuk mendeteksi panas dan dingin
-
Tangan kanan
terasa dingin karena ada nya pengurangan kalor dari panas ke hangat
-
Tangan kiri
terasa dingin karena ada penambahan kalor dari dingin ke gangat
1.2 Cara Kerja
Air, Alkohol 70%, dan Aseton
-
Air lebih
dingin dari cuma ditiup
-
Alkohol
lebih dingin dari air
-
Aseton lebih
dingin dari alkohol
-
Kadar
reseptor dingin disebut dengan End
Krause
-
Alkohol
memiliki titik didih yang rendah sehingga ketika mengenai kulit, alkohol akan
langsung menguap. Selama proses penguapan alkohol memerlukan kalor yang
diambil dari tubuh maka kulit akan terasa dingin
|
|
g. Kesimpulan
|
:
|
Kulit merupakan
indra peraba yang mempunyai reseptor khusus untuk sentuhan, panas, dingin,
sakit, dan tekanan. Kulit terdiri dari lapisan luar yang disebut epidermis dan lapisan dalam atau
lapisan dermis.
|
|
h. Daftar
Pustaka
|
:
|
Sherwood,
Lauralee. (2001). Fisiologi Manusia
dari Sel ke Sistem. Alih bahasa oleh Batricia I. Jakarta: EGC.
Atkinson, R.L,.
Atkinson, R.C,. Hilgard, E.R. (1983). Pengantar
Psikologi. Editor: Agus Dharman, SH, M. Ed., Ph.D. & Michael
Adryanto. Jakarta. Erlangga.
Bagian
Laboratorium Fakultas Psikolofi Universita Ahmad Dahlan. (1997). Buku Pedoman Praktikum Psikologi Faal II.
Yogyakarta : Fakultas Psikologi Universitas Ahmad Dahlan
Puspitawati, Ira.
(1998). Psikologi Faal. Depok:
Universitas Gunadarma
|
2
|
Percobaan
|
:
|
Indera Peraba
|
|
Nama Percobaan
|
:
|
Lokalisasi Taktil
|
|
Nama Subjek Percobaan
|
:
|
Sanela Isnaeni
Haka
|
|
Tempat Percobaan
|
:
|
Laboratorium
Psikologi Faal
|
|
a. Tujuan
Percobaan
|
:
|
Untuk memahami
serta mengatahui kepekaan saraf peraba dengan melokalisir tempat yang
ditusukan ke berbagai tempat serta mengatahui kepekaan TPL (Two Point Localization)
|
|
b. Dasar
Teori
|
:
|
Reseptor taktil
adalah mekanoreseptor. Mekanoreseptor berespons terhadap
perubahan bentuk dan penekanan fisik dengan mengalami depolarisasi dan menghasilkan potensial aksi. Apabila depolarisasinya cukup besar, maka
serat saraf yang melekat ke reseptor akan melepaskan potensial aksi dan
menyalurkan informasi ke korda spinalis
dan otak. Reseptor taktil yang berbeda memiliki kepekaan dan kecepatan
mengirim impuls yang berbeda pula. Dikriminasi titik adalah kemampuan
membedakan rangsangan kulit oleh satu ujung benda dari dua ujung disebut
diskriminasi dua titik. Berbagai daerah tubuh bervariasi dalam kemampuan
membedakan dua titik pada tingkat derajat pemisahan bervariasi. Normalnya dua
titik terpisah 2– 4 mm dapat dibedakan pd ujung jari tangan, 30-40mm dapat
dibedakan pada dorsum pedis. Tes dapat menggunakan kompas, jepitan rambut.
Hampir semua
informasi mengenai sentuhan, tekanan, dan getaran masuk ke korda spinalis
melalui akar dorsal saraf spinal yang sesuai. Setelah bersinap di spnia,
informasi dengan lokalisasi dibawa oleh serat-serat A yang melepaskan
potensial aksi dengan cepat (beta dan delta) di kirim ke otak melalui sistem
lemniskus kolumna dorsalis. Serat-serat saraf dalam sisitem ini menyebrang
dari kiri ke kanan di batang otak sebelum bersinaps di talamus. Informasi
mengenai suhu dan sentuhan yang lokalisasi kurang baik di bawa ke korda
spinalis melalui serat-serat C yang melepaskan potensial aksi secara lambat.
Info tersebut dikirim ke daerah retikularis di batang otak dan kemudian ke
pusa-pusat yang lebih tinggi melalui serat di sitem anterolateral.
|
|
c. Alat
yang Digunakan
|
:
|
Spidol 2 warna(biru
dan merah) dan penggaris
|
|
d. Jalannya
Percobaan
|
:
|
Pada percobaan
kedua pratikan ditutup matanya oleh asisten lalu asisten memberikan spidol
kepada pratikan yang warnanya berbedanya dengan asisten. Setelah itu asisten
memberi titik di lengan dan pratikan diminta untuk meraba dimana titik itu
lalu jika sudah pratikan memberikan titik dengan spidolnya setelah itu
lakukan sebanyak 3kali dan jika sudah selesai ukur jarak antara titik yang
diberikan oleh asisten dan pratikan
|
|
e. Hasil
Percobaan
|
:
|
Tanda pertama 4,8
cm
Tanda kedua 2,1
cm
Tanda ketiga 1,8
cm
|
|
f. Hasil Sebenarnya
|
:
|
-
Bila jarak
kurang dari 5 CM jarak peraba baik
-
Bila jarak
lebih dari 5 CM jarak peraba tidak baik
-
TPL lebih
peka pada bagian yang menonjol contoh hidung, mata, bibir, ujung jari, dan
telinga
-
Jarak yang
asisten tusuk dengan yang pratikan tusuk dapat tergantung pada waktu
|
|
g. Kesimpulan
|
:
|
TPL ( Two Point Localization ) lebih peka
pada bagian yang menonjol, seperti bibir, hidung, mata, ujung jari dan
telinga. Jarak yang asisten tusuk dengan yang pratikan dapat tergantung pada
waktu. Waktu mempengaruhi sehingga ada penyebaran sensasi. TPL adalah sistem
yang menyebar dan melingkar.
|
|
h. Daftar
Pustaka
|
:
|
Plotnik.R.(2005:127).
Introductio to psychology 7th edition.
Australia: Thomson & Wodsworth.
Sherwood,
Lauralee. (2001). Fisiologi Manusia
dari Sel ke Sistem. Alih bahasa oleh Batricia I. Jakarta: EGC.
Puspitawati, Ira.
(1998). Psikologi Faal. Depok:
Universitas Gunadarma
|
3
|
Percobaan
|
:
|
Daya Membedakan
Sifat Benda
|
|
Nama Percobaan
|
:
|
3.1 Cara Kerja
Kekasaran Permukaan
3.2 Cara Kerja
Berbagai Bentuk Benda
|
|
Nama Subjek Percobaan
|
:
|
Sanela Isnaeni
Haka
|
|
Tempat Percobaan
|
:
|
Laboratorium
Psikologi Faal
|
|
a. Tujuan
Percobaan
|
:
|
Untuk membuktikan
kepekaan syaraf peraba terhadap kehalusan benda sampai kekasaran benda serta
bentuk-bentuk benda atau (stereognostik)
|
|
b. Dasar
Teori
|
:
|
Kepekaan kulit
yang berambut terhadap stimulus besar, sehingga diduga bahwa akhiran saraf
yang mengelilingi foliculus rambut
adalah reseptor taktil. Kita dapat membedakan benda – benda tanpa melihat
bentuknya. Disini yang berperan adalah reseptor kinaesthesi. Bentuk dan berat benda dapat dibedakan dengan
reseptor tekanan yang digeserkan. Perasaan taktil dapat dibedakan menjadi
perasaan taktil kasar dan perasaan taktil halus. Impuls taktil kasar
dihantarkan oleh tractus
spinothalamicus anterior, sedangkan implus taktil halus dihantarkan
melalui faciculus gracilis dan faciculus cunneatus. Perasaan taktil
ada dua macam:
1.
Perasaan taktil yang halus
Kepekaan terhadap
taktil halus diketahui dengan menentukan jarak terdekat antara dua titik di
kulit yang sekaligus distimulasi dan masih dapat dibedakan sebagai dua titik.
Implus taktil ini dihantarkan
melalui fasciculus gracillis cuneatus.
2.
Perasaan
taktil kasar
Implus taktil ini
dihantarkan melalui tractus
spinothalamicus anterior. Sensasi taktil yang terdiri dari raba, tekanan
dan getaran sering di golongkan sebagai sensasi terpisah, mereka semua
dideteksi oleh jenis reseptor yang sama. Satu – satunya perbedaan diantara
ketiganya adalah :
1.
Sensai raba,
umumnya disebabkan oleh reseptor taktil
didalam kulit atau didalam jaringan tepat dibawah lutut
2.
Sensasi
tekanan biasanya disebabkan oleh perubahan bentuk jaringan yang lebih dalam
3.
Sensasi
getaran, disebabkan oleh sinyal sensori yang berulang dengan cepat tetapi
menggunakan beberapa jenis reseptor yang sama seperti yang digunakan untuk
raba dan tekanan
|
|
c. Alat
yang Digunakan
|
:
|
Berbagai macam
kain dari yang halus sampai yang kasar serta berbagai macam bentuk balok
|
|
d. Jalannya
Percobaan
|
:
|
3.1 Pratikan
diminta untuk menutup matanya oleh asisten lalu asisten memberikan 5 kain
yang teksturnya berbeda dari yang halus sampai yang kasar. Lalu pratikan
diminta untuk menyusun tekstur kain tersebut dari yang kasar sampai halus
3.2 Pada
percobaan kali ini pratikan diminta untuk menutup matanya kembali lalu
pratikan diberi bentuk-bentuk huruf dan balok berbentuk binatang yang
diberikan oleh asisten lalu pratikan diminta untuk meraba dan menyebutkan
huruf atau balok bentuk apa
|
|
e. Hasil
Percobaan
|
:
|
3.1 Hitam, Pink,
Putih, Oren, Hijau
3.2 Benar 4;
Salah 1
|
|
f. Hasil Sebenarnya
|
:
|
3.1 Putih, Pink,
Hitam, Oren, Hijau
|
|
g. Kesimpulan
|
:
|
Kepekaan kulit
yang berambut terhadap stimulus besar, sehingga diduga bahwa akhiran saraf
yang mengelilingi foliculus rambut
adalah reseptor taktil. Perasaan taktil dapat dibedakan menjadi perasaan
taktil kasar dan perasaan taktil halus. Impuls taktil kasar dihantarkan oleh tractus spinothalamicus anterior
sedangkan implus taktil halus dihantarkan melalui faciculus gracilis dan faciculus
cunneatus.
|
|
h. Daftar
Pustaka
|
:
|
Puspitawati, Ira. (1998). Psikologi Faal. Depok: Universitas
Gunadarma
Seksi Laboratorium Psikologi
Faal. (2001). Petunjuk Praktikum
Psikologi Faal. Yogyakarta: Laboratorium Psikologi Faal Fakultas
Psikologi UGM.
Plotnik.R. (2005:127).
Introductio to psychology 7th edition.
Australia: Thomson & Wodsworth.
Soewolo, dkk. (1999). Fisiologi Manusia. Malang: JICA
|
4
|
Percobaan
|
:
|
Indera Peraba
|
|
Nama Percobaan
|
:
|
Gerak Reflek
|
|
Nama Subjek Percobaan
|
:
|
Sanela Isaeni
Haka
|
|
Tempat Percobaan
|
:
|
Laboratorium
Psikologi Faal
|
|
a. Tujuan
Percobaan
|
:
|
Untuk mengatahu
adanya gerakan-gerakan reflek pada otot
|
|
b. Dasar
Teori
|
:
|
Gerakan refleks
merupakan respons otomatis dari sebagian tubuh terhadap suatu stimulus. Gerak
refleks adalah gerak yang tidak disengaja atau tidak disadari. Gerakan ini
terjadi dengan tiba–tiba tanpa bisa dicegah. Sistem saraf tak sadar (otonom)
merupakan gabungan dari sensorok dan motorik. Sistem saraf terbagi menjadi
dua:
1.
Sistem saraf
sadar
Adalah sistem
saraf yang mengatur dan mengkoordinasikan semua kegiatan yang dapat
diatur menurut kemauan kita. Contohnya, melempar bola, berjalan, berfikir, menulis,
berbicara dan lain-lain. Otak dam sumsum tulang belakang merupakan bagian
dari saraf pusat. Selain saraf pusat terdapat pula saraf tepi, saraf tepi
berada diluar sistem saraf pusat. Atrinya saraf tepi merupakan saraf yang
menyebar pada seluruh bagian tubuh yang melayani organ-organ tubuh tertentu, seperti
kulit, persendian, otot, kelenjar, saluran darah, dan lain-lain.
2.
Saraf tepi
-
Susunan
saraf simpatis/ thoracolumbar. Berapangkal
pada medula spinalis didaerah leher
dan daerah pinggang
-
Susunan
saraf parasimpatis/ cranio sacral. Berapangkal
pada meula oblongata dan ada juga
di sacrum.
Fungsi sistem
saraf terdiri atas:
·
Pusat
koordinasi segala aktifitas tubuh
·
Pusat
kesadaran, memori, dan intelegensi
·
Pusat Higher Mental Procces, yaitu reasoning (penalaran, berfikir, dan
pengambilan keputusan)
Skema gerak
refleks:
Reseptor/
stimulus à safar sensorik à tali spinal à interneuron à saraf motorik à aksi/ efektor.
Contohnya seperti
percobaan yang dilakukan kali ini, lutut secara spontan akan bergerk kedepan
dengan sendirinya
|
|
c. Alat
yang Digunakan
|
:
|
Sebuah martil
reflek dengan bagian depan terbuat dari karet
|
|
d. Jalannya
Percobaan
|
:
|
Pada percobaan
kali ini pratikan diminta untuk duduk diatas meja lalu asisten mencari letak
otot pada lutut pratikan lalu jika sudah ketemu asisten memukul dengan martil
reflek setelah itu rasakan apa yang terjadi
|
|
e. Hasil
Percobaan
|
:
|
Ada yang goyang
|
|
f. Hasil Sebenarnya
|
:
|
-
Lutut yang
dipukul dengan martil reflek secara spontan akan gerak sendiri secara refleks
-
Namun tidak
harus bergerak bisa juga terasa seperti tersetrum
|
|
g. Kesimpulan
|
:
|
Pada percobaan
kali ini membuktikan adanya gerakan refleks pada lutut kaki. Gerakan refleks
juga merupakan respons otomatis dari sebagian tubuh terhadap stimulus.
Refleks terjadi karena adanya stimulus yang disebabkan oleh pukulan yang diteruskan ke saraf sensorik, setelah itu
stimulus terus berjalan melalui tali spinal dan interneuron, kemudian diteruskan ke saraf motorik dan akhirnya
menghasilkan efektor berupa ayunan pada kaki yang berayun ke depan.
|
|
h. Daftar
Pustaka
|
:
|
Plotnik.R. (2005:127).
Introductio to psychology 7th edition.
Australia: Thomson & Wodsworth.
Sugema, Sony. (2008). Diktat Kelas 3 SMU IPA. Bandung: SSC.
Soewolo, dkk. (1999). Fisiologi Manusia. Malang: JICA
Sherwood, Lauralee. (2001). Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Alih
bahasa oleh Batricia I. Jakarta: EGC
|