Minggu, 20 Juli 2014

Laporan Pratikum Psikologi Faal: Indera penglihat

LAPORAN PRAKTIKUM PSIKOLOGI FAAL
Nama Mahasiswa
:
Sanela Isnaeni Haka
Nama Asisten
:
1.
NPM
:
18513235


2.
Tanggal Pemeriksa
:

Paraf Asisten
:


1
Percobaan
:
Indera Penglihatan

Nama Percobaan
:
Refleks pada pupil

Nama Subjek Percobaan
:
Sinta Parwati N.A

Tempat Percobaan
:
Laboratorium Psikologi Faal

a.    Tujuan Percobaan
:
Untuk mengatahui serta memahami reaksi-reaksi yang terjadi pada pupil mata

b.    Dasar Teori
:
Cahaya memasuki sistem visual kita melalui mata. Kornea melindungi mata dan membelokan cahaya yang masuk dengan bergerak mendekat atau menjahui dari lubang kamera. Namun, lensa mata berkerja dengan sedikit mengubah bentuknya, menjadi lebih cekung atau lebih cembung untuk memfokuskan cahaya dari objek yang dekat atau jauh. Jumlah cahaya yang masuk ke mata diatur oleh iris, bagian yang memberikan warna mata. Iris mengelilingi celah melingkar atau pupil mata. Ketika anda masuk ke dalam ruang yang sangat gelap, pupil menjadi lebar atau besar untuk memungkinkan lebih banyak cahaya masuk. Ketika anda melihat cahaya matahari sangat menyilaukan pupil mengecil atau melalukan kontraksi untuk membatasi jumlah cahaya yang masuk.

c.    Alat yang Digunakan
:
Cermin, Senter, dan Sedotan

d.   Jalannya Percobaan
:
1.1  Pada percobaan pertama pratikan menyorotkan senter secara langsung kepada subjek lalu diperhatiakan pergerakan pupilnya.
1.2  Pada percobaan kedua pratikan menyiapkan sedotan yang pada ujung satu di tujukan kepada pupil subjek, lalu pada ujung satunya di sorotkan senter, lalu diperhatikan pergerakan pupilnya
1.3  Pada percobaan ketiga pratikan menyiapkan cermin dan senter. Senter diarahkan ke cermin agar terpantul kepada pupil, lalu amati pergerakan pupilnya

e.    Hasil Percobaan
:
1.1  Pupil mengecil cepat
1.2  Pupil mengecil secara perlahan
1.3  Pupil mengecil perlahan

f.     Kesimpulan
:
Pupil dapat berubah ukurannya diakibatkan ada nya cahaya. Bila intensitas cahaya sangat terang, pupil akan mengecil karena mengalami kontraksi, apabila intensitas cahaya redup, pupil melebar, karena mengalami delatasi

g.    Daftar Pustaka
:
Wade, Carole dan Tavris, Carol. (2008). Psikologi. Edisi Kesemibilan. Jilid 1. Erlangga.

2
Percobaan
:
Indera Penglihatan

Nama Percobaan
:
Aliran darah pada retina (peristiwa entropi; peristiwa bergeraknya pembuluh darah ateri atau vena ke retina)

Nama Subjek Percobaan
:
Sinta Parwati N.A

Tempat Percobaan
:
Laboratorium Psikologi Faal

a.    Tujuan Percobaan
:
Untuk mengatahui bahwa pada mata terdapat eritrosit yang berjalan sepanjang pembuluh darah ateri atau vena

b.    Dasar Teori
:
Pembuluh darah diperiksa karena mereka tampak di atas retina. Ukuran retina adalah dua pertiga sampai empat perlima dari ukuran diameter vena dan mempuyai refleks cahaya yang mencolok. Refleks cahaya adalah refleks dari cahaya oftalmoskop. Pembuluh darah berjalan menjahui papil mereka tampak menyempit. Persilangan arteri dan vena terjadi pada 2 diameter papil dari papil. Dinding pembuluh darah  normal tidak terlihat dengan refleks cahayanya yang tipis. Pada hipertensi pembuluh darah mempunya daerah penyempitan atau spasme setempat atau umum, menyebabkan refleks cahaya yang menjadi menyempit seperti tidak tampak.

c.    Alat yang Digunakan
:
Senter, kaca reben atau kaca mata hitam

d.   Jalannya Percobaan
:
2.1    Pada percobaan pertama, pratikan menyorotkan senter ke arah bola mata secara langsung, subjek yang diarahkan harus melirik kearah berlawanan pada bagian mata yang disenter perhatikan mata bagian putih-putihnya lalu perhatikan aliran eritrosit pada mata
2.2    Pada percobaan kedua, pratikan akan melihat aliran eritrosit melalui kaca reben. Sorotkan senter kearah bagian bola mata yang berwarna putih lalu halangi dengan kaca reben selama itu pula mata harus melirik kearah berlawanan dengan mata yang disenter.

e.    Hasil Percobaan
:
2.1    Aliran darah cepat
2.2    Aliran darah tak terlihat atau lambat

f.     Kesimpulan
:
Peristiwa entrosit adalah peristiwa bergeraknya pembuluh darah ateri atau vena ke retina. Akan terlihat jelas aliran vena dan ateri jika menyorotkan cahaya secara langsung ke bagian mata yang berwarna putih.

g.    Daftar Pustaka
:
Swartz, Mark H. (1995). Buku Ajar Diagnostik Fisik. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.

3
Percobaan
:
Indera Penglihatan

Nama Percobaan
:
Visus (Ketajaman Penglihatan)

Nama Subjek Percobaan
:
Sanela Isnaeni Haka

Tempat Percobaan
:
Laboratorium Psikologi Faal

a.    Tujuan Percobaan
:
Untuk mengatahui ketajaman penglihatan seseorang

b.    Dasar Teori
:
Secara alami, kualitas indera penglihatan manusia sedikit demi sedikit akan mengaami penurunan seiring perambahan usia. Banyak hal yang dapat menyebabkan terjadinya penurunan kualitas penglihatan salah satu contohnya adalag seniar matahari yang dapat merusak lensa mata. Hal ini masih bisa di atasi dengan cara mengukur ketajaman penglihatan dipergunakan untuk menentukan penggunaan kaca mata; di klinik dikenal dengan nama visus. Visus penderita bukan saja memberi pengertian tentang optiknya (kaca mata) tetapi mempunyai arti yang lebih luas yaitu memberi keterangan tentang baik buruknya fungsi mata keseluruhan. Oleh karena itu definisi visus adalah nilai kebalikan sudut (dalam menit) terkecil dimana sebuah benda masih terlihat dan dapat dibedakan. Pada penentuan visus, para ahli mata mempergunakan kartu Optotype Snellen, dengan berbagai ukuran huruf dan jarak yang sudah ditentukan. Dan dapat dituliskan rumus:
V=d/D
Keterangan:
V: visus
d: Jarak yang dilihat oleh penderita
D: jarak yang dapat dilihat oleh mata normal

c.    Alat yang Digunakan
:
Optotype Snellen

d.   Jalannya Percobaan
:
3.1    Pratikan diminta untuk berdiri sejauh 3,5 meter
3.2    Lalu asisten menunjukan huruf yang terdapat pada kertas Optotype Snellen untuk dibaca kemudian akan diberikan hasilnya sejauh mana pratikan dapat membaca kertas optotype snellen

e.    Hasil Percobaan
:
3.1 Mata Kanan: 15 ; Mata Kiri: 25
Vkanan= d/D = 3.5/15 = 0.2333
Vkiri= d/D = 3.5/0.14
Keterangan:
V  =  Visus
d = Jarak antara optotype dengan subjek yang diperiksa (3,5 meter)
D = Jarak sejauh mana huruf-huruf masih dapat dibaca mata normal

f.     Kesimpulan
:
Pada percobaan ini kertas optotype snellen dapat mengukur ketajaman penglihatan yang dapat diukur dengan rumus: V=d/D 

g.    Daftar Pustaka
:
Gabriel, dr. J. F. (1988). Fisika Kedokteran. Jakarta:


Buku Kedokteran EGC.



Terapi mata dengan pijat dan ramuan. (2006). Jakarta: Penerbar+  Gaya berbudaya
4
Percobaan
:
Indera Penglihatan

Nama Percobaan
:
Membedakan Warna dan Percampuran Warna Secara Objektif

Nama Subjek Percobaan
:
Sanela Isnaeni Haka

Tempat Percobaan
:
Laboratorium Psikologi Faal

a.    Tujuan Percobaan
:
Untuk mengatahui apakah seseorang dapat membedakan warna atau buta warna

b.    Dasar Teori
:
Dari segi sains, warna merupakan gejala sinar yang ditangkap oleh manusia dan hewan melalui indra penglihatan. Issac Newton, melalukan percobaan sederhana dengan menggunakan kaca segitiga dan membiarkan sinar matahri jatuh e salah satu sisinya dan menerimanya dari sisi lain diatas pembatas putih. Ia menemukan sinar putih matahari larut menjadi beberapa warna yang oleh mata dikenal dengan warna merah, orange, kuning, hijau, biru, nila, dan lembayung. Warna-warna itu mirip dengan lengkungan warna pelangi yang secara ilmiah disebut spektrum sinar yang terlihat pada hakikatnya terdiri atas warna yang bertingkat-tingkat tanpa batas.
Pada era modern, manusia bisa membedakan antara berbagai macam warna dan petunjuk panjang gelombang spektrum yang terlihat paling panjang dan terpendek. Meskipun pelarut sinar putih selama berlalu di segitiga kaca memberikan tujuh warna, warna-warna dasar hanya tiga,yaitu merah, hijau, dan biru. Paduan dua warna atau lebih dari tiga dapat membentuk warna lain dengan tingkatan yang berbeda-beda. Penelitian telah membuktikan permukaan renita mata dilapisi oleh jaringan saraf cukup padat sebagainya berbentuk silinder dan terpengaruh sinar putih, sedangkan sebagaian lainnya berbentuk kerucut dan dapat membedakan beberapa warna. Pengatahuan tentang warna-warna ini disebabkan adanya bulu-buu kecil yang berbentuk kerucut yang terdiri atas tiga macam warna sensitif, yaitu biru, hijau, dan merah. Ketika mata yang sehat melihat semua spektrum sinar dalam satu waktu, sensitivitas paling tinggi yang sampai ke mata adalah antara warna kuning dan hijau, sedangkat warna biru dan merah mempunyai sensitivitas rendah. Untuk melihat atau membedakan warna terdapat kelainan yang diderita oleh individu, biasa nya dikenal dengan buta warna atau colour blind.
Buta warna merupakan kelainan pada individu yang tidak mampu membedakan seluruh atau beberapa warna (misalnya, merah dan hijau). Individu yang buta warna terhadap warna hijau dan merah dikarenakan individu tersebut tidak memiliki reseptor yang dapat mendeteksi cahaya pada panjang gelombang hijau dan merah. Buta warna merupakan karakter yang tertaut pada kromosom X. Buta warna lebih sering dijumpai pada laki-laki daripada perempuan. Anak laki-laki akan memperoleh cacat turunan ini jika ibunya seorang karier atau penderita buta warna. Buta warna disebabkan oleh alel resesif c, disebabkan penglihatan normal disebabkan oleh alel dominan C. Perempuan normal memiliki dua macam genetip, yaitu homozigot dominan XcXc   dan heterozigot atau karier (XcXc). Perempuan penderita buta warna memiliki genotip homozigot resesif XcXc   laki-laki normal hanya memiliki satu macam genotip, yaitu XcY  , sedangkan laki-laki penderita buta warna memiliki genotip  XcY. Orang tua yang normal penglihatannya dapat memiliki anak-anak yang buta warna jika ibunya seorang karier.
Buta warna memiliki dua jenis yaitu, buta warna total; tidak dapat melihat warna dasar (merah dan hijau) menjadi hitam lalu kuning dan biru menjadi warna terang. Dan buta warna sebagian; dalam hal ini penderita hanya mampu menyebutkan atau melihat warna dasar.

c.    Alat yang Digunakan
:
Kaca bias, benang wol berbagai warna, kertas berwarna merah, hijau, kuning, dan biru.

d.   Jalannya Percobaan
:
4.1 Pada percobaan pertama pratikan diharuskan untuk membedakan campuran warna pada kertas merah kuning, kuning biru, dan merah biru. Pada pratikan ini kertas berwarna di dekatkan secara sejajar lalu kaca bias letakan diantara dua kertas tersebut, setelah itu kaca bias dimiringkan hingga terlihat warna yang tampak pada kaca bias
4.2 Pada percobaan kedua pratikan diharuskan membedakan perbedaan warna pada benang wol yang digumpal-gumpalkan oleh asisten. Setelah asisten mengambil salah satu benang lalu pratikan juga harus mengambil benang yang warna nya sama seperti yang asisten ambil.

e.    Hasil Percobaan
:
4.1 Pada kertas yang dicampurkan pratikan melihat:
Merah Kuning : Oren
Kuning Biru : Hijau
Merah Biru : Ungu
4.2  Benar 5 ; Salah 0

f.     Kesimpulan
:
Pada percobaan ini menunjukan seseorang yang mengalami buta warna atau tidak dengan cara membedakan warna.

g.    Daftar Pustaka
:
Pasya, Ahmad Fuad. Prof., Dr. (2004). Dimensi Sains Al-Qur’an Menggali Ilmu Pengatahuan dari Al-Qur’an. Solo: Tiga Serangkai.
Aryulina, Dian. Et al. (2004). Biologi SMA dan MA untuk Kelas XII. Erlangga.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar