LAPORAN
PRAKTIKUM PSIKOLOGI FAAL
Nama Mahasiswa
|
:
|
Sanela Isnaeni Haka
|
Nama Asisten
|
:
|
1.
|
NPM
|
:
|
18513235
|
2.
|
||
Tanggal Pemeriksa
|
:
|
Paraf Asisten
|
:
|
1
|
Percobaan
|
:
|
Indera Penglihatan
|
Nama Percobaan
|
:
|
Refleks pada pupil
|
|
Nama Subjek Percobaan
|
:
|
Sinta Parwati N.A
|
|
Tempat Percobaan
|
:
|
Laboratorium Psikologi Faal
|
|
a. Tujuan
Percobaan
|
:
|
Untuk mengatahui serta memahami
reaksi-reaksi yang terjadi pada pupil mata
|
|
b. Dasar
Teori
|
:
|
Cahaya memasuki
sistem visual kita melalui mata. Kornea melindungi mata dan membelokan cahaya
yang masuk dengan bergerak mendekat atau menjahui dari lubang kamera. Namun,
lensa mata berkerja dengan sedikit mengubah bentuknya, menjadi lebih cekung
atau lebih cembung untuk memfokuskan cahaya dari objek yang dekat atau jauh.
Jumlah cahaya yang masuk ke mata diatur oleh iris, bagian yang memberikan
warna mata. Iris mengelilingi celah melingkar atau pupil mata. Ketika anda
masuk ke dalam ruang yang sangat gelap, pupil menjadi lebar atau besar untuk
memungkinkan lebih banyak cahaya masuk. Ketika anda melihat cahaya matahari
sangat menyilaukan pupil mengecil atau melalukan kontraksi untuk membatasi
jumlah cahaya yang masuk.
|
|
c. Alat
yang Digunakan
|
:
|
Cermin, Senter, dan Sedotan
|
|
d. Jalannya
Percobaan
|
:
|
1.1 Pada
percobaan pertama pratikan menyorotkan senter secara langsung kepada subjek
lalu diperhatiakan pergerakan pupilnya.
1.2 Pada
percobaan kedua pratikan menyiapkan sedotan yang pada ujung satu di tujukan
kepada pupil subjek, lalu pada ujung satunya di sorotkan senter, lalu
diperhatikan pergerakan pupilnya
1.3 Pada
percobaan ketiga pratikan menyiapkan cermin dan senter. Senter diarahkan ke
cermin agar terpantul kepada pupil, lalu amati pergerakan pupilnya
|
|
e. Hasil
Percobaan
|
:
|
1.1 Pupil
mengecil cepat
1.2 Pupil
mengecil secara perlahan
1.3 Pupil
mengecil perlahan
|
|
f. Kesimpulan
|
:
|
Pupil dapat berubah ukurannya
diakibatkan ada nya cahaya. Bila intensitas cahaya sangat terang, pupil akan
mengecil karena mengalami kontraksi, apabila intensitas cahaya redup, pupil
melebar, karena mengalami delatasi
|
|
g. Daftar
Pustaka
|
:
|
Wade, Carole dan Tavris,
Carol. (2008). Psikologi. Edisi
Kesemibilan. Jilid 1. Erlangga.
|
2
|
Percobaan
|
:
|
Indera Penglihatan
|
Nama Percobaan
|
:
|
Aliran darah pada retina (peristiwa
entropi; peristiwa bergeraknya pembuluh darah ateri atau vena ke retina)
|
|
Nama Subjek Percobaan
|
:
|
Sinta Parwati N.A
|
|
Tempat Percobaan
|
:
|
Laboratorium Psikologi Faal
|
|
a. Tujuan
Percobaan
|
:
|
Untuk mengatahui bahwa pada mata
terdapat eritrosit yang berjalan sepanjang pembuluh darah ateri atau vena
|
|
b. Dasar
Teori
|
:
|
Pembuluh darah diperiksa karena mereka tampak di atas
retina. Ukuran retina adalah dua pertiga sampai empat perlima dari ukuran
diameter vena dan mempuyai refleks cahaya yang mencolok. Refleks cahaya
adalah refleks dari cahaya oftalmoskop. Pembuluh darah berjalan menjahui
papil mereka tampak menyempit. Persilangan arteri dan vena terjadi pada 2
diameter papil dari papil. Dinding pembuluh darah normal tidak terlihat dengan refleks
cahayanya yang tipis. Pada hipertensi pembuluh darah mempunya daerah penyempitan
atau spasme setempat atau umum, menyebabkan refleks cahaya yang menjadi
menyempit seperti tidak tampak.
|
|
c. Alat
yang Digunakan
|
:
|
Senter, kaca reben atau kaca mata
hitam
|
|
d. Jalannya
Percobaan
|
:
|
2.1 Pada
percobaan pertama, pratikan menyorotkan senter ke arah bola mata secara
langsung, subjek yang diarahkan harus
melirik kearah berlawanan pada bagian mata yang disenter
perhatikan mata bagian putih-putihnya lalu perhatikan aliran eritrosit pada
mata
2.2 Pada
percobaan kedua, pratikan akan melihat aliran eritrosit melalui kaca reben.
Sorotkan senter kearah bagian bola mata yang berwarna putih lalu halangi
dengan kaca reben selama itu pula
mata harus melirik kearah berlawanan dengan mata yang disenter.
|
|
e. Hasil
Percobaan
|
:
|
2.1 Aliran
darah cepat
2.2 Aliran
darah tak terlihat atau lambat
|
|
f. Kesimpulan
|
:
|
Peristiwa
entrosit adalah peristiwa bergeraknya pembuluh
darah ateri atau vena ke retina. Akan terlihat jelas aliran vena dan ateri jika
menyorotkan cahaya secara langsung ke bagian mata yang berwarna putih.
|
|
g. Daftar
Pustaka
|
:
|
Swartz, Mark H. (1995). Buku Ajar Diagnostik Fisik. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
|
3
|
Percobaan
|
:
|
Indera Penglihatan
|
Nama Percobaan
|
:
|
Visus (Ketajaman Penglihatan)
|
|
Nama Subjek Percobaan
|
:
|
Sanela Isnaeni Haka
|
|
Tempat Percobaan
|
:
|
Laboratorium Psikologi Faal
|
|
a. Tujuan
Percobaan
|
:
|
Untuk mengatahui ketajaman
penglihatan seseorang
|
|
b. Dasar
Teori
|
:
|
Secara alami,
kualitas indera penglihatan manusia sedikit demi sedikit akan mengaami
penurunan seiring perambahan usia. Banyak hal yang dapat menyebabkan
terjadinya penurunan kualitas penglihatan salah satu contohnya adalag seniar
matahari yang dapat merusak lensa mata. Hal ini masih bisa di atasi dengan
cara mengukur ketajaman penglihatan dipergunakan untuk menentukan penggunaan
kaca mata; di klinik dikenal dengan nama visus. Visus penderita bukan saja
memberi pengertian tentang optiknya (kaca mata) tetapi mempunyai arti yang
lebih luas yaitu memberi keterangan tentang baik buruknya fungsi mata
keseluruhan. Oleh karena itu definisi visus adalah nilai kebalikan sudut
(dalam menit) terkecil dimana sebuah benda masih terlihat dan dapat
dibedakan. Pada penentuan visus, para ahli mata mempergunakan kartu Optotype
Snellen, dengan berbagai ukuran huruf dan jarak yang sudah ditentukan. Dan
dapat dituliskan rumus:
V=d/D
Keterangan:
V: visus
d: Jarak yang
dilihat oleh penderita
D: jarak yang
dapat dilihat oleh mata normal
|
|
c. Alat
yang Digunakan
|
:
|
Optotype Snellen
|
|
d. Jalannya
Percobaan
|
:
|
3.1 Pratikan
diminta untuk berdiri sejauh 3,5 meter
3.2 Lalu
asisten menunjukan huruf yang terdapat pada kertas Optotype Snellen untuk
dibaca kemudian akan diberikan hasilnya sejauh mana pratikan dapat membaca
kertas optotype snellen
|
|
e. Hasil
Percobaan
|
:
|
3.1 Mata Kanan: 15 ; Mata Kiri: 25
Vkanan= d/D = 3.5/15 = 0.2333
Vkiri= d/D = 3.5/0.14
Keterangan:
V =
Visus
d
= Jarak antara optotype dengan subjek yang diperiksa (3,5 meter)
D
= Jarak sejauh mana huruf-huruf masih dapat dibaca mata normal
|
|
f. Kesimpulan
|
:
|
Pada percobaan ini kertas
optotype snellen dapat mengukur ketajaman penglihatan yang dapat diukur
dengan rumus: V=d/D
|
|
g. Daftar
Pustaka
|
:
|
Gabriel, dr. J. F. (1988). Fisika Kedokteran. Jakarta:
|
4
|
Percobaan
|
:
|
|
Nama Percobaan
|
:
|
Membedakan Warna dan Percampuran
Warna Secara Objektif
|
|
Nama Subjek Percobaan
|
:
|
Sanela Isnaeni Haka
|
|
Tempat Percobaan
|
:
|
Laboratorium Psikologi Faal
|
|
a. Tujuan
Percobaan
|
:
|
Untuk mengatahui apakah seseorang
dapat membedakan warna atau buta warna
|
|
b. Dasar
Teori
|
:
|
Dari segi sains,
warna merupakan gejala sinar yang ditangkap oleh manusia dan hewan melalui
indra penglihatan. Issac Newton, melalukan percobaan sederhana dengan
menggunakan kaca segitiga dan membiarkan sinar matahri jatuh e salah satu
sisinya dan menerimanya dari sisi lain diatas pembatas putih. Ia menemukan
sinar putih matahari larut menjadi beberapa warna yang oleh mata dikenal
dengan warna merah, orange, kuning, hijau, biru, nila, dan lembayung.
Warna-warna itu mirip dengan lengkungan warna pelangi yang secara ilmiah
disebut spektrum sinar yang terlihat pada hakikatnya terdiri atas warna yang
bertingkat-tingkat tanpa batas.
Pada era modern,
manusia bisa membedakan antara berbagai macam warna dan petunjuk panjang
gelombang spektrum yang terlihat paling panjang dan terpendek. Meskipun pelarut
sinar putih selama berlalu di segitiga kaca memberikan tujuh warna,
warna-warna dasar hanya tiga,yaitu merah, hijau, dan biru. Paduan dua warna
atau lebih dari tiga dapat membentuk warna lain dengan tingkatan yang
berbeda-beda. Penelitian telah membuktikan permukaan renita mata dilapisi
oleh jaringan saraf cukup padat sebagainya berbentuk silinder dan terpengaruh
sinar putih, sedangkan sebagaian lainnya berbentuk kerucut dan dapat
membedakan beberapa warna. Pengatahuan tentang warna-warna ini disebabkan
adanya bulu-buu kecil yang berbentuk kerucut yang terdiri atas tiga macam
warna sensitif, yaitu biru, hijau, dan merah. Ketika mata yang sehat melihat
semua spektrum sinar dalam satu waktu, sensitivitas paling tinggi yang sampai
ke mata adalah antara warna kuning dan hijau, sedangkat warna biru dan merah
mempunyai sensitivitas rendah. Untuk melihat atau membedakan warna terdapat
kelainan yang diderita oleh individu, biasa nya dikenal dengan buta warna
atau colour blind.
Buta warna
merupakan kelainan pada individu yang tidak mampu membedakan seluruh atau
beberapa warna (misalnya, merah dan hijau). Individu yang buta warna terhadap
warna hijau dan merah dikarenakan individu tersebut tidak memiliki reseptor
yang dapat mendeteksi cahaya pada panjang gelombang hijau dan merah. Buta
warna merupakan karakter yang tertaut pada kromosom X. Buta warna lebih
sering dijumpai pada laki-laki daripada perempuan. Anak laki-laki akan
memperoleh cacat turunan ini jika ibunya seorang karier atau penderita buta
warna. Buta warna disebabkan oleh alel resesif c, disebabkan penglihatan
normal disebabkan oleh alel dominan C. Perempuan normal memiliki dua macam
genetip, yaitu homozigot dominan XcXc dan heterozigot atau karier (XcXc). Perempuan penderita buta warna memiliki genotip homozigot resesif XcXc laki-laki normal hanya memiliki
satu macam genotip, yaitu XcY , sedangkan laki-laki penderita buta warna memiliki genotip XcY. Orang tua yang normal penglihatannya dapat memiliki anak-anak yang buta
warna jika ibunya seorang karier.
Buta warna
memiliki dua jenis yaitu, buta warna total; tidak dapat melihat warna dasar
(merah dan hijau) menjadi hitam lalu kuning dan biru menjadi warna terang.
Dan buta warna sebagian; dalam hal ini penderita hanya mampu menyebutkan atau
melihat warna dasar.
|
|
c. Alat
yang Digunakan
|
:
|
Kaca bias, benang wol berbagai
warna, kertas berwarna merah, hijau, kuning, dan biru.
|
|
d. Jalannya
Percobaan
|
:
|
4.2 Pada percobaan kedua pratikan
diharuskan membedakan perbedaan warna pada benang wol yang digumpal-gumpalkan
oleh asisten. Setelah asisten mengambil salah satu benang lalu pratikan juga
harus mengambil benang yang warna nya sama seperti yang asisten ambil.
|
|
e. Hasil
Percobaan
|
:
|
4.1 Pada kertas yang dicampurkan
pratikan melihat:
Merah
Kuning : Oren
Merah
Biru : Ungu
4.2
Benar 5 ; Salah 0
|
|
f. Kesimpulan
|
:
|
Pada percobaan ini menunjukan
seseorang yang mengalami buta warna atau tidak dengan cara membedakan warna.
|
|
g. Daftar
Pustaka
|
:
|
Pasya, Ahmad Fuad. Prof., Dr. (2004). Dimensi Sains Al-Qur’an Menggali Ilmu
Pengatahuan dari Al-Qur’an. Solo: Tiga Serangkai.
Aryulina, Dian. Et al. (2004). Biologi SMA dan MA untuk
Kelas XII. Erlangga.
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar