LAPORAN
PRAKTIKUM PSIKOLOGI FAAL
Nama Mahasiswa
|
:
|
Sanela Isnaeni
|
Nama Asisten
|
:
|
|
NPM
|
:
|
18513235
|
Paraf Asisten
|
:
|
|
Tanggal Pemeriksa
|
:
|
1
|
Percobaan
|
:
|
Indera
Penglihatan
|
Nama Percobaan
|
:
|
Buta Warna
|
|
Nama Subjek Percobaan
|
:
|
Sanela Isnaeni
Haka
|
|
Tempat Percobaan
|
:
|
Laboratorium
Psikologi Faal
|
|
a. Tujuan
Percobaan
|
:
|
Untuk mengatahui
apakah seseorang menderita buta warna atau tidak
|
|
b. Dasar
Teori
|
:
|
Buta warna
merupakan penyakit yang ditentukan oleh gen resesif yang terpaut pada
kromosom X (Xc) Terdapat dua macam buta warna yaitu buta warna parsial dan buta warna
total. Buta warna parsial adalah buta warna yang tidak dapat membedakan
warna-warna tertentu saja, misalnya merah dan hijau. Buta warna total terjadi
apabila seseorang tidak dapat membedakan semua jenis warna sehingga terlihat
tampak berwarna hitam putih. Untuk mengatahui apakah seseorang mengalami buta
warna atau tidak bisa dilakukan dengan cara uji Ishihara. Setiap ujji terdiri
atas seri kartu (pseudoisokromatik) tempat terdapat lapangan warna yang
berisi titik-titik warna tertentu yang “membingungkan”. Didalam kartu
ishihara tersebut terdapat latar belakang yang terdiri dari titik-titik berwarna
dan terdapat huruf atau simbol didalamnya. Pada test ini diminta untuk
menyebutkan angka atau simbol yang terlihat. Individu yang memiliki
penglihatan normal mampu melihat nomor atau huruf pada setiap lempeng,
sementara individu yang mengalami dafek penglihatan warna tidak dapat melihat
satupun nomor atau huruf tersebut (defek monokromatik), atau hanya dapat
mengidentifikasi beberapa diantaranya, bergantung pada tipe konus yang
mengalami dafek.
|
|
c. Alat
yang Digunakan
|
:
|
Kartu atau buku
stiling isihara dan stiling isihara 1
|
|
d. Jalannya
Percobaan
|
:
|
Pada percobaan
buta warna, pratikan diminta menjawab 20 soal yang telah disediakan dengan
menggunakan komputer dan jika semua soal telah terjawab klik submit all and
finish maka hasilnya akan terlihat.
|
|
e. Hasil
Percobaan
|
:
|
Strarted On :
Friday, 2 May 2014, 11:41 AM
Completed On :
Friday, 2 May 2014, 11:44 AM
Time taken : 2
Mins 19 Secs
Marks : 18/20
Grade : 9 out of
a maximum of 10 (90%)
|
|
f. Kesimpulan
|
:
|
Berdasarkan hasil
percobaan, dapat disimpulkan dan diketahaui bahwa seseorang yang mengalami
buta warna dapat diketahui dengan cara melakukan test Ishihara.
|
|
g. Daftar
Pustaka
|
:
|
Furqonita,
Deswaty S.Si dan Biomed, M. (2008).
Seri IPA BIOLOGI SMP Kelas IX. Jakarta:
Yudhistira
Ensiklopedia Keperawatan. (2005). Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
Burnside dan
McGlynn. Adams Diagnosis Fisik. (1990).
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
Wong, Donna L. Et
Al. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. (2009).
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
|
2
|
Percobaan
|
:
|
Indera Penglihatan
|
Nama Percobaan
|
:
|
Bintik Noda Buta
|
|
Nama Subjek Percobaan
|
:
|
Sanela Isnaeni
Haka
|
|
Tempat Percobaan
|
:
|
Laboratorium
Psikologi Faal
|
|
a. Tujuan
Percobaan
|
:
|
Untuk mengatahui
jarak (dalam CM) bintik buta seseorang serta menentukan letak proyeksi bintik
buta
|
|
b. Dasar
Teori
|
:
|
Bintik noda
merupakan bagian dari retina yang tidak mempunyai sel-sel penangkap cahaya
atau tidak sensitive terhadap cahaya. Pada percobaan ini terdapat perbedaan
antara mata kanan dan kiri. Hal ini disebabkan oleh pembiasaan cahaya dari
beda tersebut jatuh dibagian bintik buta pada retina yang cahayanya jatuh
tidak mengenai sel-sel batang dan kerucut sehingga tidak ada implus yang
diteruskan ke saraf optik.
|
|
c. Alat
yang Digunakan
|
:
|
Kertas hitam
dengan tanda lingkaran dan tanda plus berwarna putih; capimeter dan bulatan
sebesar 1 cm berwarna putih dengan tongkat dan penggaris
|
|
d. Jalannya
Percobaan
|
:
|
Pada percobaan
kedua terdapat kartu hitam yang ada 2 simbol di dalamnya yaitu lingkaran
(berada disebelah kanan) dan tanda plus (berada disebelah kiri). Pratikan
diminta untuk menutup salah satu mata nya, jika menutupnya di mata sebelah
kanan maka melirik ke simbol yang ada dikiri begitu juga sebaliknya. Setelah
ditutup salah satu mata nya, jauhkan kartu hitam itu dari mata dengan
menggunakan tangan lalu dekatkan kembali menuju mata selama mendekatkan itu,
apabila simbol yang kita amati hilang laporlah kepada asisten agar dihitung berapa
jarang hilang dengan menggunakan penggaris dan apabila simbol itu kembali
muncul lagi lapor kepada asisten agar dihitung kembali untuk mendapatkan
hasil percobaan
|
|
e. Hasil
Percobaan
|
:
|
Hilang : 34 cm
Timbul : 25 cm
|
|
f. Kesimpulan
|
:
|
Menghilangnya
simbol pada saat percobaan dikarenakan pada jakar terbut bayangan objek jatuh
pada bintik buta yang tidak memiliki sel batang dan sel kerucut yang peka
terhadap cahaya dan berfungsi sebagai fotoreseptor. Akibatnya rangsangan cahaya
yang jatuh pada bintik buta tidak dapat diubah menjadi implus dan tidak
dikirimkan ke saraf optik sehingga tidak ada kesan melihat atau objek
seolah-olah menghilang.
|
|
g. Daftar
Pustaka
|
:
|
Gyton, A. C. (1983). Buku Teks Fisiologi Kedokteran. Jakarta:
CV. EGC
Aryulina, Diah, Ph.D., Et Al.
(2004). Biologi 2 SMA dan MA untuk
Kelas XI. Jakarta: Erlangga
Ganang, W.F. (1983). Fisiologi Kedokteran. Jakarta: CV EGC
|
3
|
Percobaan
|
:
|
Indera
Penglihatan
|
Nama Percobaan
|
:
|
Maxwell
|
|
Nama Subjek Percobaan
|
:
|
Sanela Isnaeni
Haka
|
|
Tempat Percobaan
|
:
|
Laboratorium
Psikologi Faal
|
|
a. Tujuan
Percobaan
|
:
|
Untuk membuktikan
adanya kelambatan (delay) retina; terjadinya pencampuran warna secara
objektif serta kontras yang simultan
|
|
b. Dasar
Teori
|
:
|
Warna adalah
sifat cahaya yang dipancarkan. Secara subjektif atau psikologis,warna adalah
sebagaian dari pngalaman indera penglihatan. Dapat berbentuk panjang
gelombang.
Warna merupakan
unsur desain yang paling menonjol. Kehadiran unsur warna dapat menjadikan
suatu hal lebih menarik. Berdasarkan sifatnya, unsur warna terdiri dari warna
muda, warna tua, warna terang, warna gelap, warna redup, dan warna cermelang.
Percampuran warna dilakukan dengan cara mencampurkan beberapa warna yang
sudah ada (colour mixing). Sebagai pedoman untuk memudahkan pencarian warna
tertentu. Hasil experimen Maxwell menyimpulkan bahwa warna hijau, merah dan
biru merupakan warna- warna primer (utama) dalam pencampuran warna cahaya.
Warna primer adalah warna- warna yang tidak dapat dihasilkan lewat
pencampuran warna apapun. Melalui warna- warna primer cahaya ini (biru,
hijau, dan merah) semua warna cahaya dapat dibentuk dan diciptakan. Jika
ketiga warna cahaya primer ini dalam intensitas maksimum digabungkan,
berdasarkan eksperimen 3 proyektor yang didemonstrasikan Maxwell. Eksperimen
Maxwell merupakan model atau tiruan yang bagus sekali untuk memudahkan
pemahaman kita tentang bagaimana reseptor mata menangkap cahaya sehingga
menimbulkan penglihatan berwarna di otak. Pencampuran warna dalam cahaya dan
bahan pewarna menunjukkan gejala yang berbeda. Sekalipun begitu, dengan
memperhatikan hasilnya secara seksama pada pencampuran masing- masing warna
primer, dapatlah diperkirakan adanya suatu hubungan yang saling terkait satu
sama lain. Warna kuning dalam cahaya ternyata dapat dihasilkan dengan
menambahkan warna cahaya primer hijau pada cahaya merah. Cara menghasilkan
warna cahaya baru dengan mencampurkan 2 atau lebih warna cahaya disebut
“pencampuran warna secara aditif” (additive= penambahan). Warna- warna utama
cahaya (merah, hijau, biru) selanjutnya kemudian dikenal juga sebagai warna-
warna utama aditif (additive primaries). Pencampuran warna secara aditif
hanya dipergunakan dalam pencampuran warna cahaya. Hasil pencampuran warna
ini menunjukkan gejala yang berbeda bidang pencampuran warna seperti pada
cat. Dengan pencampuran bahan pewarna (cat) warna cat merah dapat dihasilkan
dengan mencampur cat warna primer magenta dan cat warna primer yellow.
Mencampurkan 2 atau lebih cat berwarna pada hakekatnya adalah mengurangi intensitas
dan jenis warna cahaya yang dapat terpantul kembali oleh benda/cat tersebut.
Pencampuran warna serupa ini dengan menggunakan pewarna/cat kemudian disebut
dengan pencampuran warna secara substraktif (substractive= pengurangan).
Warna- warna utama dalam cat/bahan pewarna kemudian lazim disebut dengan
warna-warna utama /primer substraktif (substractive primaries).
|
|
c. Alat
yang Digunakan
|
:
|
Alat pemutar
maxwell; kertas lingkaran dengan sektor putih-hitam; kertas lingkaran
berwarna merah, hijau, kuning, biru dan ungu; kertas lingkaran hitam putih
dengan jari-jari lebih kecil serta kertas lingkaran berwarna merah, hijau,
biru, dan ungu yang diselangi garis hitam tebal
|
|
d. Jalannya
Percobaan
|
:
|
Pada percobaan ke
tiga, pratikan diminta untuk mengerjakan lima soal yang telah tersedia pada
komputer. Dalam percobaan kali ini pratikan diminta untuk mengamati putaran
maxwell yang berbeda beda warna untuk dijawab dengan pilihan:
a. Merah
b. Merah muda
c. Kuning biru
d. Kuning
e. Kuning hitam
f. Ungu
g. Abu-abu
h. Hitam
i. Pelangi
j.
Hijau muda
k. Hijau tua
l.
Putih
Setelah diamati
putran tersebut, pratikan harus mengisi jawaban dengan pilihan warna yang
telah disebutkan diatas. Jika sudah menjawab klik submit all and finish maka
akan terlihat hasilnya
|
|
e. Hasil
Percobaan
|
:
|
Strarted On :
Friday, 2 May 2014, 11:57 AM
Completed On :
Friday, 2 May 2014, 11:59 AM
Time taken : 2
Mins 3 Secs
Marks : 1/5
Grade : 2 out of
a maximum of 10 (20%)
|
|
f. Kesimpulan
|
:
|
pencampuran warna
yang diakibatkan dari percobaan Maxwell sangatlah berbeda apabila kita
mencampurkan warna cat atau melihat pantulan warna dicerin dikarenakan adanya
kelambatan retina pada saat video yang merupakan piringan tersebut diputar
sehingga hasilnya berbeda dengan pencampuran warna cat tersebut. Kelambatan
dari retina itu dapat disebabkan oleh stimulasi cahaya yang berturut-turut
dengan jarak antara stimulasi yang sangat dekat dan meimbulkanpenglihatan
cahaya yang terus menerus atau penglihatan yang timbulkan oleh suatu cahaya
warna lain, setelah itu akan menimbulkan terjadinya pencampuran warna dari
cahaya yang jatuh ke retina. Terjadinya kontras simulran pada suatau warna
lain yang ternyata merupakan warna-warna komplemen dari warna sektor
|
|
g. Daftar
Pustaka
|
:
|
Wospakrik, Hans J. (2005). Dari Atomos Hingga Quark. Jakarta: KPG
(Kepustakaan Populer Gramedia) dan Penerbit Universitas Atma Jaya
Swasty, Wirania. (2010). Warna Interior Rumah Tinggal. Bandung:
Griya Kreasi
Ensiklopedia Umum. (1973). Yogyakarta: Penerbit Kanisius
|
4
|
Percobaan
|
:
|
Indera
Penglihatan
|
Nama Percobaan
|
:
|
Horizontal Line
Paralel
|
|
Nama Subjek Percobaan
|
:
|
Sanela Isnaeni
Haka
|
|
Tempat Percobaan
|
:
|
Laboratorium
Psikologi Faal
|
|
a. Tujuan
Percobaan
|
:
|
Untuk mengatahui
bahwa balok-balok yang terlihat tidak sejajar sebenarnya sama lebar
|
|
b. Dasar
Teori
|
:
|
Terjadinya
bayangan diretina serta timbulnya implus saraf untuk dikirim ke fissura
calcarina menyangkut perubahan kimiawi dari fotoreseptor di conus dan
basilus. Penipuan penglihatan dapat terjadi bila sinar yang masuk tidak jatuh
pada bagian sentral dari retina. Penipuan penglihatan ini disebut dengan
fenomena fosfen. Untuk membutikan hal ini bisa dilakukan dengan cara
melakukan percobaan horizontal line paralel, yaitu dengan melihat balok-balok
yang terlihat tidak sejajar karena garis-garis yang berbeda dan arah garis
yang terlihat tidak sejajar, padahal balok tersebut sebenarnya sama lebarnya,
karena ada nya penipuan dalam fenomena fosfen, membuat balok terbut terlihat sejajar
|
|
c. Alat
yang Digunakan
|
:
|
Kertas bergambar
balok-balok yang tersusun tidak sejajar
|
|
d. Jalannya
Percobaan
|
:
|
Pada percobaan
yang keempat pratikan diminta untuk mengamati susunan balok-balok yang
tersusun tidak sejajar dan menuliskan hasil pengamatan tersbut untuk
dijadikan hasil percobaan
|
|
e. Hasil
Percobaan
|
:
|
Subjek melihat
bahwa susunan balok-balok tersebut lurus
|
|
f. Kesimpulan
|
:
|
Mata terkena
tipuan dari balok-balok tersebut dikarenakan adanya fenomena fosfen yang ada
sehingga mata kita tertipu dengan adanya fenomena terbut, balok-balok yang
terlihat tidak sejajar sebenarnya sama lebarnya. Banyak orang yang sulit
untuk menentukan balok tersebut sama atau beda lebarnya, karena persepsi
kedalaman dari seseorang terbut terasa sulit untuk membedakan balok itu lurus
atau tidak.
|
|
g. Daftar
Pustaka
|
:
|
Puspitawati, Ira. (1998). Psikologi Faal. Depok: Universitas
Gunadarma
Burnside dan
McGlynn. Adams Diagnosis Fisik. (1990).
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
Wong, Donna L. Et Al. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. (2009).
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
|
5
|
Percobaan
|
:
|
Indera
Penglihatan
|
Nama Percobaan
|
:
|
Black Dots
|
|
Nama Subjek Percobaan
|
:
|
Sanela Isnaeni
Haka
|
|
Tempat Percobaan
|
:
|
Laboratorium
Psikologi Faal
|
|
a. Tujuan
Percobaan
|
:
|
Untuk membuktikan
berapa banyak bulatan hitam yang dapat dilihat dari bulatan-bulatan putih
yang terletak disudut kotak hitam
|
|
b. Dasar
Teori
|
:
|
Pada retina
terdapat dua macam sel reseptor, yaitu sel kerucut dan batang. Pada retina
terdapat suatu daerah yang disebut bintik kuning yang berisi sel kerucut.agar
suatu objek dapat dilihat maka harus terjadi bayangan diretina dan bayangan
ini harus di hantarkan ke otak, yaitu di cortex visual. Terjadinya bayangan
diretina serta timbulnya implus saraf untuk dikirim ke fissura calcarina
menyangkut perubahan kimiawi dari fotoreseptor di conus dan basilus. Bayangan
yang terjadi diretina dibandigkan pbjek nya adalah lebih kecil, terbalik
hitam, dan dua dimensi. Penipuan penglihatan dapat terjadi apabila sinar yang
masuk tidak jatuh pada bagian sentral dari retina.
|
|
c. Alat
yang Digunakan
|
:
|
Kertas bergambar
kotak-kotak hitam dan ditiap sudut ada bulatan putih
|
|
d. Jalannya
Percobaan
|
:
|
Pada percobaan
yang kelima pratikan diminta untuk mengamati berapa banyak bulatan hitam yang
dapat dilihat dari bulatan-bulatan putih yang terletak disudut kotak hitam
|
|
e. Hasil
Percobaan
|
:
|
Subjek melihat
bahwa susunan balok-balok tersebut lurus
|
|
f. Kesimpulan
|
:
|
Peristiwa black
dots adalah untuk menentukan bahwa jumlah titik hitam yang ada dalam titik
putih tersebut adalah tidak terhingga dikarenakan adanya fenomena fosfen yang
membuat mata kita tertipu dengan fenomena tersebut
|
|
g. Daftar
Pustaka
|
:
|
Puspitawati, Ira. (1998). Psikologi Faal. Depok: Universitas
Gunadarma
Ensiklopedia
Umum. (1973). Yogyakarta: Penerbit
Kanisius
Syamsuri, Istamar. (2007). Biologi-Untuk SMA
Kelas XI semester 2. Jakarta: Erlangga
|
6
|
Percobaan
|
:
|
Indera Penglihatan
|
Nama Percobaan
|
:
|
Lingkaran yang
sama atau beda
|
|
Nama Subjek Percobaan
|
:
|
Sanela Isnaeni
Haka
|
|
Tempat Percobaan
|
:
|
Laboratorium
Psikologi Faal
|
|
a. Tujuan
Percobaan
|
:
|
Untuk membuktikan
dua buah lingkaran putih di kelilingi bulatan-bulatan putih yang lebih dan
leih besar adalah sama atau tidak
|
|
b. Dasar
Teori
|
:
|
Terjadi persepsi
visual, dimana lingkaran yang dikelilingi oleh lingkaran lebih kecil terlihat
lebih besar ukurannya dibandingkan dengan lingkaran yang lebih besar hal ini
dikarena kan sekeliling lingkaran yang menjadi pembanding. Stimulus merupakan
suatu sistem adatif yang berespons atau seseuatu yang didapat dari proses
penginderaan terhadap objek, peristiwa, yang dapat diproses kedalam otak.
Persepsi visual didapatkan dari penglihatan. Penglihatan adalah kemampuan
untuk mengenali cahaya dan menafsirkannya, salah satu dari indra. Alat tubuh
yang digunakan untuk melihat adalah mata. Banyak binatang yang indra
penglihatannya tidak terlalu tajam dan menggunakan indra lain untuk mengenali
lingkungannya, misalnya pendengaran untuk kelelawar. Manusia yang daya penglihatannya
menurun dapat menggunakan alat bantu atau menjalani operasi lasik untuk
memperbaiki penglihatannya. Persepsi ini adalah persepsi yang paling awal
berkembang pada bayi, dan mempengaruhi bayi dan balita untuk memahami
dunianya. Persepsi visual merupakan topik utama dari bahasan persepsi secara
umum, sekaligus persepsi yang biasanya paling sering dibicarakan dalam
konteks sehari-hari.
|
|
c. Alat
yang Digunakan
|
:
|
Kertas bergambar
lingkaran putih yang satu sebelah kiri dikelilingi bulatan-bulatn putih yang
lebih kecil daripada bulatan-bulatan utama, sedangkan satu lagi, lingkaran
putih yang ditengah dikelilingi oleh bulatan-bulatan putih yang lebih besar
dari lingkaran utama
|
|
d. Jalannya
Percobaan
|
:
|
Pada percobaan
terakhir, pratikan diminta untuk mengamati gamar berlingkaran putih. Gambar
pertama terdapat bulatan-bulatan putih yang lebih kecil dibandingkan bulatan
putih utama mengelilingi bulatan putih utama. Gambar kedua lingkaran putih
yang di tengah dikelilingi oleh bulatan-bulatan putih yang lebih besar dari
lingkaran utama.
|
|
e. Hasil
Percobaan
|
:
|
Presepsi ialah
daya mengenal barang, kualitas atau hubungan dan perbedaan antara hal ini
melalui proses mengamati, mengatahui, atau mengartikan setelah panca indera
mendapat rangsangan (Maramis, 1999).
|
|
f. Kesimpulan
|
:
|
Pada percobaan
ini digunakan untuk membuktikan dua buah lingkaran yang dikelilingi
bulatan-bulatan putih yang lebih kecil dan lebih besar adalah sama atau
tidak. Padahal apabila kita melihat lingkaran tersebut tanpa kefokusan akan
ada muncul perbedaan ukuran pada kedua lingkaran tersebut, hal ini disebabkan
adanya fenomena fosfen yang menganggu proses presepsi kita terhadap lingkaran
tersebut. Padahal dalam kenyataannya lingkaran tersebut memiliki bentuk dan
diameter yang sama.
|
|
g. Daftar
Pustaka
|
:
|
Sunaryo, Drs. (2004). Psikologi Untuk Keperawatan. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC
Puspitawati, Ira. (1998). Psikologi Faal. Depok: Universitas
Gunadarma
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar