Minggu, 20 Juli 2014

Laporan Pratikum Psikologi Faal: Indera Penglihatan 2


LAPORAN PRAKTIKUM PSIKOLOGI FAAL
Nama Mahasiswa
:
Sanela Isnaeni
Nama Asisten
:

NPM
:
18513235
Paraf Asisten
:

Tanggal Pemeriksa
:





1
Percobaan
:
Indera Penglihatan

Nama Percobaan
:
Buta Warna

Nama Subjek Percobaan
:
Sanela Isnaeni Haka

Tempat Percobaan
:
Laboratorium Psikologi Faal

a.    Tujuan Percobaan
:
Untuk mengatahui apakah seseorang menderita buta warna atau tidak

b.    Dasar Teori
:
Buta warna merupakan penyakit yang ditentukan oleh gen resesif yang terpaut pada kromosom X (Xc)  Terdapat dua macam buta warna yaitu buta warna parsial dan buta warna total. Buta warna parsial adalah buta warna yang tidak dapat membedakan warna-warna tertentu saja, misalnya merah dan hijau. Buta warna total terjadi apabila seseorang tidak dapat membedakan semua jenis warna sehingga terlihat tampak berwarna hitam putih. Untuk mengatahui apakah seseorang mengalami buta warna atau tidak bisa dilakukan dengan cara uji Ishihara. Setiap ujji terdiri atas seri kartu (pseudoisokromatik) tempat terdapat lapangan warna yang berisi titik-titik warna tertentu yang “membingungkan”. Didalam kartu ishihara tersebut terdapat latar belakang yang terdiri dari titik-titik berwarna dan terdapat huruf atau simbol didalamnya. Pada test ini diminta untuk menyebutkan angka atau simbol yang terlihat. Individu yang memiliki penglihatan normal mampu melihat nomor atau huruf pada setiap lempeng, sementara individu yang mengalami dafek penglihatan warna tidak dapat melihat satupun nomor atau huruf tersebut (defek monokromatik), atau hanya dapat mengidentifikasi beberapa diantaranya, bergantung pada tipe konus yang mengalami dafek.

c.    Alat yang Digunakan
:
Kartu atau buku stiling isihara dan stiling isihara 1

d.   Jalannya Percobaan
:
Pada percobaan buta warna, pratikan diminta menjawab 20 soal yang telah disediakan dengan menggunakan komputer dan jika semua soal telah terjawab klik submit all and finish maka hasilnya akan terlihat.

e.    Hasil Percobaan
:
Strarted On : Friday, 2 May 2014, 11:41 AM
Completed On : Friday, 2 May 2014, 11:44 AM
Time taken : 2 Mins 19 Secs
Marks : 18/20
Grade : 9 out of a maximum of 10 (90%)

f.     Kesimpulan
:
Berdasarkan hasil percobaan, dapat disimpulkan dan diketahaui bahwa seseorang yang mengalami buta warna dapat diketahui dengan cara melakukan test Ishihara.

g.    Daftar Pustaka
:
Furqonita, Deswaty S.Si dan Biomed, M. (2008).
Seri IPA BIOLOGI SMP Kelas IX. Jakarta:
Yudhistira
Ensiklopedia Keperawatan. (2005). Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
Burnside dan McGlynn. Adams Diagnosis Fisik. (1990). Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
Wong, Donna L. Et Al. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. (2009). Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC




2
Percobaan
:
Indera Penglihatan

Nama Percobaan
:
Bintik Noda Buta

Nama Subjek Percobaan
:
Sanela Isnaeni Haka

Tempat Percobaan
:
Laboratorium Psikologi Faal

a.    Tujuan Percobaan
:
Untuk mengatahui jarak (dalam CM) bintik buta seseorang serta menentukan letak proyeksi bintik buta

b.    Dasar Teori
:
Bintik noda merupakan bagian dari retina yang tidak mempunyai sel-sel penangkap cahaya atau tidak sensitive terhadap cahaya. Pada percobaan ini terdapat perbedaan antara mata kanan dan kiri. Hal ini disebabkan oleh pembiasaan cahaya dari beda tersebut jatuh dibagian bintik buta pada retina yang cahayanya jatuh tidak mengenai sel-sel batang dan kerucut sehingga tidak ada implus yang diteruskan ke saraf optik.

c.    Alat yang Digunakan
:
Kertas hitam dengan tanda lingkaran dan tanda plus berwarna putih; capimeter dan bulatan sebesar 1 cm berwarna putih dengan tongkat dan penggaris

d.   Jalannya Percobaan
:
Pada percobaan kedua terdapat kartu hitam yang ada 2 simbol di dalamnya yaitu lingkaran (berada disebelah kanan) dan tanda plus (berada disebelah kiri). Pratikan diminta untuk menutup salah satu mata nya, jika menutupnya di mata sebelah kanan maka melirik ke simbol yang ada dikiri begitu juga sebaliknya. Setelah ditutup salah satu mata nya, jauhkan kartu hitam itu dari mata dengan menggunakan tangan lalu dekatkan kembali menuju mata selama mendekatkan itu, apabila simbol yang kita amati hilang laporlah kepada asisten agar dihitung berapa jarang hilang dengan menggunakan penggaris dan apabila simbol itu kembali muncul lagi lapor kepada asisten agar dihitung kembali untuk mendapatkan hasil percobaan

e.    Hasil Percobaan
:
Hilang : 34 cm
Timbul : 25 cm

f.     Kesimpulan
:
Menghilangnya simbol pada saat percobaan dikarenakan pada jakar terbut bayangan objek jatuh pada bintik buta yang tidak memiliki sel batang dan sel kerucut yang peka terhadap cahaya dan berfungsi sebagai fotoreseptor. Akibatnya rangsangan cahaya yang jatuh pada bintik buta tidak dapat diubah menjadi implus dan tidak dikirimkan ke saraf optik sehingga tidak ada kesan melihat atau objek seolah-olah menghilang.

g.    Daftar Pustaka
:
Gyton, A. C. (1983). Buku Teks Fisiologi Kedokteran. Jakarta: CV. EGC
Aryulina, Diah, Ph.D., Et Al. (2004). Biologi 2 SMA dan MA untuk Kelas XI. Jakarta: Erlangga
Ganang, W.F. (1983). Fisiologi Kedokteran. Jakarta: CV EGC




3
Percobaan
:
Indera Penglihatan

Nama Percobaan
:
Maxwell

Nama Subjek Percobaan
:
Sanela Isnaeni Haka

Tempat Percobaan
:
Laboratorium Psikologi Faal

a.    Tujuan Percobaan
:
Untuk membuktikan adanya kelambatan (delay) retina; terjadinya pencampuran warna secara objektif serta kontras yang simultan

b.    Dasar Teori
:
Warna adalah sifat cahaya yang dipancarkan. Secara subjektif atau psikologis,warna adalah sebagaian dari pngalaman indera penglihatan. Dapat berbentuk panjang gelombang.
Warna merupakan unsur desain yang paling menonjol. Kehadiran unsur warna dapat menjadikan suatu hal lebih menarik. Berdasarkan sifatnya, unsur warna terdiri dari warna muda, warna tua, warna terang, warna gelap, warna redup, dan warna cermelang. Percampuran warna dilakukan dengan cara mencampurkan beberapa warna yang sudah ada (colour mixing). Sebagai pedoman untuk memudahkan pencarian warna tertentu. Hasil experimen Maxwell menyimpulkan bahwa warna hijau, merah dan biru merupakan warna- warna primer (utama) dalam pencampuran warna cahaya. Warna primer adalah warna- warna yang tidak dapat dihasilkan lewat pencampuran warna apapun. Melalui warna- warna primer cahaya ini (biru, hijau, dan merah) semua warna cahaya dapat dibentuk dan diciptakan. Jika ketiga warna cahaya primer ini dalam intensitas maksimum digabungkan, berdasarkan eksperimen 3 proyektor yang didemonstrasikan Maxwell. Eksperimen Maxwell merupakan model atau tiruan yang bagus sekali untuk memudahkan pemahaman kita tentang bagaimana reseptor mata menangkap cahaya sehingga menimbulkan penglihatan berwarna di otak. Pencampuran warna dalam cahaya dan bahan pewarna menunjukkan gejala yang berbeda. Sekalipun begitu, dengan memperhatikan hasilnya secara seksama pada pencampuran masing- masing warna primer, dapatlah diperkirakan adanya suatu hubungan yang saling terkait satu sama lain. Warna kuning dalam cahaya ternyata dapat dihasilkan dengan menambahkan warna cahaya primer hijau pada cahaya merah. Cara menghasilkan warna cahaya baru dengan mencampurkan 2 atau lebih warna cahaya disebut “pencampuran warna secara aditif” (additive= penambahan). Warna- warna utama cahaya (merah, hijau, biru) selanjutnya kemudian dikenal juga sebagai warna- warna utama aditif (additive primaries). Pencampuran warna secara aditif hanya dipergunakan dalam pencampuran warna cahaya. Hasil pencampuran warna ini menunjukkan gejala yang berbeda bidang pencampuran warna seperti pada cat. Dengan pencampuran bahan pewarna (cat) warna cat merah dapat dihasilkan dengan mencampur cat warna primer magenta dan cat warna primer yellow. Mencampurkan 2 atau lebih cat berwarna pada hakekatnya adalah mengurangi intensitas dan jenis warna cahaya yang dapat terpantul kembali oleh benda/cat tersebut. Pencampuran warna serupa ini dengan menggunakan pewarna/cat kemudian disebut dengan pencampuran warna secara substraktif (substractive= pengurangan). Warna- warna utama dalam cat/bahan pewarna kemudian lazim disebut dengan warna-warna utama /primer substraktif (substractive primaries).

c.    Alat yang Digunakan
:
Alat pemutar maxwell; kertas lingkaran dengan sektor putih-hitam; kertas lingkaran berwarna merah, hijau, kuning, biru dan ungu; kertas lingkaran hitam putih dengan jari-jari lebih kecil serta kertas lingkaran berwarna merah, hijau, biru, dan ungu yang diselangi garis hitam tebal

d.   Jalannya Percobaan
:
Pada percobaan ke tiga, pratikan diminta untuk mengerjakan lima soal yang telah tersedia pada komputer. Dalam percobaan kali ini pratikan diminta untuk mengamati putaran maxwell yang berbeda beda warna untuk dijawab dengan pilihan:
a.       Merah
b.      Merah muda
c.       Kuning biru
d.      Kuning
e.       Kuning hitam
f.       Ungu
g.      Abu-abu
h.      Hitam
i.        Pelangi

j.        Hijau muda
k.      Hijau tua
l.        Putih
Setelah diamati putran tersebut, pratikan harus mengisi jawaban dengan pilihan warna yang telah disebutkan diatas. Jika sudah menjawab klik submit all and finish maka akan terlihat hasilnya

e.    Hasil Percobaan
:
Strarted On : Friday, 2 May 2014, 11:57 AM
Completed On : Friday, 2 May 2014, 11:59 AM
Time taken : 2 Mins 3 Secs
Marks : 1/5
Grade : 2 out of a maximum of 10 (20%)

f.     Kesimpulan
:
pencampuran warna yang diakibatkan dari percobaan Maxwell sangatlah berbeda apabila kita mencampurkan warna cat atau melihat pantulan warna dicerin dikarenakan adanya kelambatan retina pada saat video yang merupakan piringan tersebut diputar sehingga hasilnya berbeda dengan pencampuran warna cat tersebut. Kelambatan dari retina itu dapat disebabkan oleh stimulasi cahaya yang berturut-turut dengan jarak antara stimulasi yang sangat dekat dan meimbulkanpenglihatan cahaya yang terus menerus atau penglihatan yang timbulkan oleh suatu cahaya warna lain, setelah itu akan menimbulkan terjadinya pencampuran warna dari cahaya yang jatuh ke retina. Terjadinya kontras simulran pada suatau warna lain yang ternyata merupakan warna-warna komplemen dari warna sektor

g.    Daftar Pustaka
:
Wospakrik, Hans J. (2005). Dari Atomos Hingga Quark. Jakarta: KPG (Kepustakaan Populer Gramedia) dan Penerbit Universitas Atma Jaya
Swasty, Wirania. (2010). Warna Interior Rumah Tinggal. Bandung: Griya Kreasi
Ensiklopedia Umum. (1973). Yogyakarta: Penerbit Kanisius




4
Percobaan
:
Indera Penglihatan

Nama Percobaan
:
Horizontal Line Paralel

Nama Subjek Percobaan
:
Sanela Isnaeni Haka

Tempat Percobaan
:
Laboratorium Psikologi Faal

a.    Tujuan Percobaan
:
Untuk mengatahui bahwa balok-balok yang terlihat tidak sejajar sebenarnya sama lebar

b.    Dasar Teori
:
Terjadinya bayangan diretina serta timbulnya implus saraf untuk dikirim ke fissura calcarina menyangkut perubahan kimiawi dari fotoreseptor di conus dan basilus. Penipuan penglihatan dapat terjadi bila sinar yang masuk tidak jatuh pada bagian sentral dari retina. Penipuan penglihatan ini disebut dengan fenomena fosfen. Untuk membutikan hal ini bisa dilakukan dengan cara melakukan percobaan horizontal line paralel, yaitu dengan melihat balok-balok yang terlihat tidak sejajar karena garis-garis yang berbeda dan arah garis yang terlihat tidak sejajar, padahal balok tersebut sebenarnya sama lebarnya, karena ada nya penipuan dalam fenomena fosfen, membuat balok terbut terlihat sejajar

c.    Alat yang Digunakan
:
Kertas bergambar balok-balok yang tersusun tidak sejajar

d.   Jalannya Percobaan
:
Pada percobaan yang keempat pratikan diminta untuk mengamati susunan balok-balok yang tersusun tidak sejajar dan menuliskan hasil pengamatan tersbut untuk dijadikan hasil percobaan

e.    Hasil Percobaan
:
Subjek melihat bahwa susunan balok-balok tersebut lurus

f.     Kesimpulan
:
Mata terkena tipuan dari balok-balok tersebut dikarenakan adanya fenomena fosfen yang ada sehingga mata kita tertipu dengan adanya fenomena terbut, balok-balok yang terlihat tidak sejajar sebenarnya sama lebarnya. Banyak orang yang sulit untuk menentukan balok tersebut sama atau beda lebarnya, karena persepsi kedalaman dari seseorang terbut terasa sulit untuk membedakan balok itu lurus atau tidak.

g.    Daftar Pustaka
:
Puspitawati, Ira. (1998). Psikologi Faal. Depok: Universitas Gunadarma
Burnside dan McGlynn. Adams Diagnosis Fisik. (1990). Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
Wong, Donna L. Et Al. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. (2009). Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC




5
Percobaan
:
Indera Penglihatan

Nama Percobaan
:
Black Dots

Nama Subjek Percobaan
:
Sanela Isnaeni Haka

Tempat Percobaan
:
Laboratorium Psikologi Faal

a.    Tujuan Percobaan
:
Untuk membuktikan berapa banyak bulatan hitam yang dapat dilihat dari bulatan-bulatan putih yang terletak disudut kotak hitam

b.    Dasar Teori
:
Pada retina terdapat dua macam sel reseptor, yaitu sel kerucut dan batang. Pada retina terdapat suatu daerah yang disebut bintik kuning yang berisi sel kerucut.agar suatu objek dapat dilihat maka harus terjadi bayangan diretina dan bayangan ini harus di hantarkan ke otak, yaitu di cortex visual. Terjadinya bayangan diretina serta timbulnya implus saraf untuk dikirim ke fissura calcarina menyangkut perubahan kimiawi dari fotoreseptor di conus dan basilus. Bayangan yang terjadi diretina dibandigkan pbjek nya adalah lebih kecil, terbalik hitam, dan dua dimensi. Penipuan penglihatan dapat terjadi apabila sinar yang masuk tidak jatuh pada bagian sentral dari retina.

c.    Alat yang Digunakan
:
Kertas bergambar kotak-kotak hitam dan ditiap sudut ada bulatan putih

d.   Jalannya Percobaan
:
Pada percobaan yang kelima pratikan diminta untuk mengamati berapa banyak bulatan hitam yang dapat dilihat dari bulatan-bulatan putih yang terletak disudut kotak hitam

e.    Hasil Percobaan
:
Subjek melihat bahwa susunan balok-balok tersebut lurus

f.     Kesimpulan
:
Peristiwa black dots adalah untuk menentukan bahwa jumlah titik hitam yang ada dalam titik putih tersebut adalah tidak terhingga dikarenakan adanya fenomena fosfen yang membuat mata kita tertipu dengan fenomena tersebut

g.    Daftar Pustaka
:
Puspitawati, Ira. (1998). Psikologi Faal. Depok: Universitas Gunadarma
 Ensiklopedia Umum. (1973). Yogyakarta: Penerbit Kanisius
 Syamsuri, Istamar. (2007). Biologi-Untuk SMA Kelas XI semester 2. Jakarta: Erlangga




6
Percobaan
:
Indera Penglihatan

Nama Percobaan
:
Lingkaran yang sama atau beda

Nama Subjek Percobaan
:
Sanela Isnaeni Haka

Tempat Percobaan
:
Laboratorium Psikologi Faal

a.    Tujuan Percobaan
:
Untuk membuktikan dua buah lingkaran putih di kelilingi bulatan-bulatan putih yang lebih dan leih besar adalah sama atau tidak

b.    Dasar Teori
:
Terjadi persepsi visual, dimana lingkaran yang dikelilingi oleh lingkaran lebih kecil terlihat lebih besar ukurannya dibandingkan dengan lingkaran yang lebih besar hal ini dikarena kan sekeliling lingkaran yang menjadi pembanding. Stimulus merupakan suatu sistem adatif yang berespons atau seseuatu yang didapat dari proses penginderaan terhadap objek, peristiwa, yang dapat diproses kedalam otak. Persepsi visual didapatkan dari penglihatan. Penglihatan adalah kemampuan untuk mengenali cahaya dan menafsirkannya, salah satu dari indra. Alat tubuh yang digunakan untuk melihat adalah mata. Banyak binatang yang indra penglihatannya tidak terlalu tajam dan menggunakan indra lain untuk mengenali lingkungannya, misalnya pendengaran untuk kelelawar. Manusia yang daya penglihatannya menurun dapat menggunakan alat bantu atau menjalani operasi lasik untuk memperbaiki penglihatannya. Persepsi ini adalah persepsi yang paling awal berkembang pada bayi, dan mempengaruhi bayi dan balita untuk memahami dunianya. Persepsi visual merupakan topik utama dari bahasan persepsi secara umum, sekaligus persepsi yang biasanya paling sering dibicarakan dalam konteks sehari-hari.

c.    Alat yang Digunakan
:
Kertas bergambar lingkaran putih yang satu sebelah kiri dikelilingi bulatan-bulatn putih yang lebih kecil daripada bulatan-bulatan utama, sedangkan satu lagi, lingkaran putih yang ditengah dikelilingi oleh bulatan-bulatan putih yang lebih besar dari lingkaran utama

d.   Jalannya Percobaan
:
Pada percobaan terakhir, pratikan diminta untuk mengamati gamar berlingkaran putih. Gambar pertama terdapat bulatan-bulatan putih yang lebih kecil dibandingkan bulatan putih utama mengelilingi bulatan putih utama. Gambar kedua lingkaran putih yang di tengah dikelilingi oleh bulatan-bulatan putih yang lebih besar dari lingkaran utama.

e.    Hasil Percobaan
:
Presepsi ialah daya mengenal barang, kualitas atau hubungan dan perbedaan antara hal ini melalui proses mengamati, mengatahui, atau mengartikan setelah panca indera mendapat rangsangan (Maramis, 1999).

f.     Kesimpulan
:
Pada percobaan ini digunakan untuk membuktikan dua buah lingkaran yang dikelilingi bulatan-bulatan putih yang lebih kecil dan lebih besar adalah sama atau tidak. Padahal apabila kita melihat lingkaran tersebut tanpa kefokusan akan ada muncul perbedaan ukuran pada kedua lingkaran tersebut, hal ini disebabkan adanya fenomena fosfen yang menganggu proses presepsi kita terhadap lingkaran tersebut. Padahal dalam kenyataannya lingkaran tersebut memiliki bentuk dan diameter yang sama.

g.    Daftar Pustaka
:
Sunaryo, Drs. (2004). Psikologi Untuk Keperawatan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
Puspitawati, Ira. (1998). Psikologi Faal. Depok: Universitas Gunadarma


Christensen, Paula J dan Kenney, Janet W. (1996). Proses Keperawatan: Aplikasi Model Konseptual, Ed. 4. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC


Tidak ada komentar:

Posting Komentar